Cerita Florentina, Perempuan Nagekeo yang Pamerkan Teh Bambu di Negeri Sakura

Di 2022, pihaknya sudah mengirim bibit bambu ke beberapa desa untuk ditanam dengan bantuan fasilitasi YBLL.

Mbay, Ekorantt.com – Florentina Ceme Owa (43), perempuan asal Desa Wolowea, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo tampil di acara paviliun women’s dalam pameran Osaka Expo di Jepang pada Kamis-Sabtu, 1-3 Mei 2025.

Florentina memamerkan teh bambu, karya inovatif mama bambu dari Kelompok Delima Wolowea, kelompok dampingan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) yang merupakan sebuah organisasi nirlaba pada tanaman bambu.

“Teh bambu kami tampilkan cara pembuatannya di sana. Kami sangat bangga dengan itu, produk kami di kelompok dilihat oleh orang luar,” kata Florentina.

Florentina tampil gagah memesona dengan mengenakan busana khas Nagekeo. Menurutnya, perjalanan menuju panggung internasional itu adalah penghargaan dan pencapaian yang sangat luar biasa.

Teh bambu hasil karya mama bambu Kelompok Delima, Desa Wolowea, Nagekeo. Teh ini diolah dari daun bambu muda (Foto: Dok. Pribadi/HO)

Teh, Perempuan, dan Kesempatan

Ia menceritakan, pada akhir April 2025, Kelompok Delima mendapatkan kabar bahwa mereka diundang untuk tampil di paviliun women’s pada pameran Osaka Expo di Jepang. Kabar ini memacu semangat mama-mama bambu termasuk Florentina yang diutus mewakili kelompok itu.

Di panggung paviliun women’s, Florentina menjelaskan inovasi apa yang telah dilaksanakan anggota kelompok sejak dibentuk pada 2021.

Ia mengatakan, Kelompok Delima telah melakukan aksi nyata dengan mengembangkan tanaman bambu mulai dari hulu ke hilir seperti pembibitan, penanaman hingga pengolahan produk bambu.

Para anggota kelompok berhasil mengolah teh dari bahan dasar daun bambu. Mereka memilih daun bambu muda, dicuci bersih, dan kemudian diolah menjadi minuman yang siap diseduh.

Pembuatan teh bambu dilaksanakan oleh semua anggota Kelompok Delima.

“Kami sebut teh bambu namanya. Teh bambu ini kami wajibkan semua anggota kelompok untuk konsumsi atau disajikan pada saat ada tamu yang datang ke rumah,” ujar Florentina.

Di Jepang, Florentina juga menjelaskan bagaimana budaya bambu di Wolowea. Ia mengatakan di daerahnya masih melekat dengan tradisi upacara adat yang dinamakan Zoka.

Bambu dipakai sebagai bahan pembuatan jembatan. Jembatan itu digunakan masyarakat adat dalam menjalani tradisi adat Zoka.

“Wolowea ada empat jembatan bambu yang terus diperbaiki setiap tahun. Jembatan itu harus diperbaiki sebelum upacara adat Zoka dimulai,” kata Florentina.

Menurutnya, perempuan bisa melakukan hal-hal besar di level dunia asalkan didukung dan diberi kesempatan.

Kelompok Delima, lanjutnya, telah mendapatkan kesempatan dan menunjukkan kepada dunia atas dukungan semua pihak terutama perempuan itu sendiri.

“Kami percaya bahwa semua perempuan bisa melakukan hal-hal yang luar biasa, sebagaimana yang kami lakukan di Kelompok Delima. Berkat dukungan semua pihak melalui program Mama Bambu sejak tahun 2021, kami mendapatkan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan mencintai bambu sebagai jalan perubahan,” kata dia.

Florentina Ceme Owa (43) tampil gagah mempesona dengan mengenakan busana khas Nagekeo saat pameran Osaka Expo di Jepang awal Mei 2025 (Foto: Dok. Pribadi/HO)

Karya Tangan Mama Bambu

Fasilitator Desa YBLL, Maria Mame, 26 tahun, menjelaskan bahwa teh bambu sudah diproduksi dan dijual. Kegiatan pembuatan teh bambu ini sudah dilaksanakan dari tahun 2023 hingga sekarang.

“Teh bambu di Kelompok Delima sudah dibuat dari tahun 2023 waktu YBLL memberikan pelatihan kepada mama bambu di Kampus Bambu Turetogo di Ngada,” kata Maria.

Kelompok Delima dibentuk pada tahun 2021 dengan mendapat dukungan dari berbagai pihak antara lain; KPH wilayah Nagekeo yang merekomendasi, DPMD Provinsi NTT dan PKK Provinsi NTT yang ikut mendanai serta YBLL sebagai pendamping dalam kegiatan pembibitan bambu.

Sejak 2021, Kelompok Delima telah menghasilkan 199 ribu bibit bambu yang melibatkan 25 orang mama bambu.

“Semua insentif dari pembibitan bambu itu digunakan untuk bayar uang sekolah, kebutuhan anak kuliah, dan memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga,” ucap Florentina.

Ia menambahkan, dalam pembibitan, dibutuhkan perlakuan khusus sehingga bambu bisa tumbuh dan bisa berhasil. Ada cerita gagalnya, banyak bibit yang gagal tumbuh, diganti lagi.

“Tapi semua itu adalah proses yang harus dilewati oleh kami mama bambu,” kata dia.

Di 2022, pihaknya sudah mengirim bibit bambu ke beberapa desa untuk ditanam dengan bantuan fasilitasi YBLL. Penanaman pada 2022  merupakan program Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT.

“Kami Kelompok Delima menanam 40 ribu anakan bambu. Kami menanam di pinggir kiri kanan sungai di desa kami,” tandas Florentina.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA