Larantuka, Ekorantt.com – Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki di hunian sementara (Huntara) Desa Konga, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur (Flotim) kesulitan mengakses air bersih selama beberapa bulan belakangan.
Veronika Renggi, 45 tahun, warga Desa Boru, mengatakan bahwa dari tiga sumur bor yang ada di sekitar lokasi pengungsian, hanya satu sumur yang dapat digunakan.
“Itu pun debit airnya kecil,” kata Veronika di Konga, Rabu, 25 Juni 2025.
Sedangkan dua sumur lainnya tidak digunakan karena permasalahan teknis. Dua mesin genset tidak berfungsi karena kehabisan bahan bakar dan persoalan upah penjaga yang belum dibayar.
“Alasannya itu katanya solarnya tidak ada. Terus, katanya upah penjaga yang belum dikasih,” ujar Veronika.
Veronika menuturkan air sumur bor yang selama ini dikonsumsi penyintas tidak layak dari segi kesehatan karena memiliki kadar kapur yang tinggi.
“Air sumur bor, zat kapurnya terlalu tinggi pak. Tapi, apalah daya kalau kita tidak punya uang, terpaksa kita minum. Daripada kita mati kehausan,” kata dia.
“Kita berdoa agar turun hujan. Supaya kita ramai-ramai tampung air hujan untuk minum. Kita ginjal hancur alamatnya,” tambah Veronika.
Demi memenuhi kebutuhan air minum, Veronika dan para pengungsi yang lain terpaksa membeli air galon yang terdekat seharga Rp7.000 per galon.
“Apa yang bisa kami buat pak. Kami uang dapat dari mana? Omong jujur. Kalau di kampung itu bagus ada hasil bumi. Seperti kopra, kemiri, kelapa, kami bisa ambil jual, bisa dapat uang pak. Tapi di sini tidak ada pak,” jelas Veronika.
Adapun air di Sungai Konga, lanjutnya, hanya digunakan untuk keperluan mandi dan cuci.
“Kami jujur ya pak, kurang bersih airnya. Ya, tapi karena untuk kebutuhan kami, kami masuk saja untuk mandi dan cuci,” ungkap Renggi.
Di lokasi hunian sementara Konga, para pengungsi tampak mengantre berjam-jam untuk memperoleh air bersih. Sementara penyintas lainnya rela berjalan kaki sejauh tiga kilometer untuk memperoleh air bersih di Desa Nobo yang masih berada dalam zona merah KRB erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur, Fredy Moat Aeng, sejauh ini belum keterangan pers terkait permasalahan air bersih di huntara Konga hingga berita ini diterbitkan.