Ruteng, Ekorantt.com – Rendahnya partisipasi pemilih pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Bupati dan Wakil Bupati pada 27 November 2024 di Kabupaten Manggarai mendorong Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) setempat untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Salah satu segmen yang menjadi perhatian utama adalah calon pemilih pemula di lingkungan sekolah.
Pada Rabu, 6 Agustus 2025, dua anggota Bawaslu Kabupaten Manggarai, Yohanes Manasye dan Marselina Lorensia, hadir sebagai “guru tamu” di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Informatika Santu Petrus Ruteng. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya sosialisasi pengawasan partisipatif yang menyasar generasi muda sebagai pemilih potensial pada Pemilu 2029 mendatang.
“Adik-adik merupakan calon pemilih pada Pemilu 2029 nanti. Karena itu adik-adik perlu memahami apa itu Pemilu dan bagaimana berpartisipasi dalam Pemilu,” kata Yohanes di hadapan para siswa.
Yohanes menjelaskan bahwa partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 mengalami penurunan signifikan dibandingkan Pemilu 2024 dan Pilkada 2020.
Data Bawaslu mencatat partisipasi pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati hanya 68,65 persen, sementara pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur mencapai 68,72 persen. Angka ini turun dibanding partisipasi pada Pemilu 2024 sebesar 76,52 persen dan Pilkada 2020 yang mencapai 78,3 persen.
Menurut Yohanes, hasil pengawasan Bawaslu menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni pemilih yang tidak menggunakan hak pilih (golput) dan pemilih yang kehilangan hak pilih.
Ia menjelaskan bahwa tren golput sudah terlihat sejak tahap penyusunan daftar pemilih.
“Saat mengawasi coklit pada tahapan penyusunan daftar pemilih itu, kami menemukan adanya pemilih yang menolak untuk didata sebagai pemilih dengan berbagai alasan,” ujar mantan jurnalis itu.
Adapun pemilih yang kehilangan hak pilih sebagian besar merupakan perantau yang sedang bekerja atau menempuh pendidikan di luar daerah dan tidak kembali saat hari pemungutan suara.
Yohanes mengingatkan pentingnya melakukan perpindahan domisili agar hak pilih tetap bisa digunakan di daerah tempat tinggal baru.
“Namun bila tidak bisa pulang karena berbagai alasan, kalian bisa menjadi pemilih pindahan. Pastikan diri sudah terdaftar sebagai pemilih di TPS asal, lapor diri di PPS di tempat domisili dengan membawa KTP elektronik dan dokumen yang menunjukkan bahwa kalian pindah domisili, bekerja atau melanjutkan pendidikan di sana,” jelas Yohanes.
Ia menekankan, pemilih pindahan tidak selalu mendapatkan semua jenis surat suara, tergantung wilayah dan jenis pemilihannya.
Namun yang terpenting, menurutnya, adalah tetap menggunakan hak pilih sebagai bentuk tanggung jawab warga negara.
“Kita mengharapkan sesuatu yang lebih baik di masa depan setelah Pemilu. Kita mengharapkan pelayanan publik seperti jalan raya yang layak, layanan pendidikan, layanan kesehatan, dan lain-lain. Dengan mengikuti Pemilu, kita titipkan harapan pada calon-calon pemimpin dan itulah yang mesti mereka wujudkan setelah terpilih,” ujarnya.
Dalam sesi yang sama, Marselina Lorensia, anggota Bawaslu lainnya, mengajak siswa untuk tidak hanya menjadi pemilih pasif, tetapi juga turut mengawasi jalannya proses Pemilu.
“Mulai dari memastikan diri terdaftar sebagai pemilih. Ini penting untuk melindungi hak pilih,” ujarnya.
Ia menyoroti pula persoalan politik uang yang kerap mencuat menjelang hari pemungutan suara. Menurutnya, praktik tersebut sulit terpantau oleh pengawas karena biasanya terjadi secara sembunyi-sembunyi antara tim sukses dan pemilih.
“Butuh kejujuran dan keberanian pemilih untuk melaporkan bila menemukan adanya praktik politik uang ini. Kalau pada saat Pemilu nanti, adik-adik temukan atau saksikan ada orang yang bagi-bagi uang atau barang untuk mempengaruhi pilihan, laporkan ke pengawas Pemilu terdekat. Kalau ada bukti-bukti, bawa ke pengawas. Laporan itu pasti diproses,” ujar Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa (P3S) ini.
Sosialisasi di SMK Informatika St. Petrus Ruteng berlangsung interaktif. Para siswa terlihat antusias dan aktif mengajukan pertanyaan.
Mereka juga menyatakan komitmen untuk menjadi pemilih pemula yang sadar dan bertanggung jawab pada Pemilu mendatang, baik yang akan digelar secara nasional pada 2029 maupun Pilkada serentak pada 2031.