Kupang, Ekorantt.com – Universitas Nusa Cendana (Undana) kembali mencatatkan tonggak penting yang memperkuat kontribusinya bagi pembangunan Provinsi NTT dan Indonesia. Dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa yang digelar di Graha Undana, Senin, 11 Agustus 2025, tiga guru besar resmi dikukuhkan dari tiga fakultas berbeda.
Tiga akademisi yang dikukuhkan masing-masing berasal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Sains dan Teknik (FST), serta Fakultas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan (FPKP).
Mereka adalah David B. W. Pandie, ahli Administrasi Pembangunan dan Reformasi Birokrasi; Maria Agustina Kleden, pakar Statistika Terapan dan Pengajaran; dan Markus Miten Kleden, spesialis Nutrisi Ruminansia dan Teknologi Pakan.
Pengukuhan ini menjadi penanda bahwa Undana tak sekadar mencetak lulusan, melainkan terus mendorong lahirnya karya-karya ilmiah dan inovasi yang berdampak langsung bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur dan Indonesia secara luas.
Ketiganya dinilai telah berkontribusi signifikan lewat riset, publikasi ilmiah, serta pengabdian masyarakat, dan telah memenuhi syarat sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena turut hadir dan menyampaikan apresiasi kepada Undana. Ia menyebut pengukuhan ini sebagai langkah nyata menuju target nasional rasio guru besar yang ideal.
“Kita terus bekerja sama agar Undana makin berkualitas, berdaya saing, dan benar-benar berdampak,” ujar Melki.
Acara pengukuhan juga menjadi ajang para guru besar baru untuk menyampaikan orasi ilmiah mereka. Ketiganya menampilkan gagasan dan refleksi akademik yang relevan dengan tantangan kekinian.
David B. W. Pandie, misalnya, mengangkat tema “Transformasi Administrasi Publik dalam Paradigma Administrasi Publik Hijau untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.”
Dalam pemaparannya, ia menyoroti pentingnya menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
David menyatakan, tantangan besar bagi ilmu sosial dewasa ini adalah menemukan pengetahuan yang mampu selaras dengan kebutuhan lingkungan hidup, guna menjamin masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Sementara itu, Maria Agustina Kleden menyampaikan orasi berjudul “Antara Titik dan Pola: Integrasi Statistika Spasial dan Data Science untuk Menerjemahkan Ketidakpastian Ruang.”
Ia menekankan perlunya pendekatan statistik yang “sadar ruang” agar data dapat diinterpretasikan secara lebih akurat di tengah dunia yang makin padat informasi.
“Statistika spasial hadir bukan sekadar untuk menghitung, melainkan untuk mengungkap ruang di antara angka,” jelas Maria.
Adapun Markus Miten Kleden memfokuskan orasinya pada kelor, tanaman lokal yang kini dikembangkan sebagai pilar baru dalam nutrisi ternak.
Dalam orasinya berjudul “Inovasi Berakar Lokal Berdaya Global: Kelor Sebagai Pilar Baru dalam Ilmu Nutrisi Ternak,” ia menyebut kelor sebagai simbol inovasi yang berpijak pada kearifan lokal namun mampu menjangkau pasar global.
“Kelor, yang tumbuh dari bawah, berjejaring luas, dan menjulang ke masa depan, adalah contoh sempurna dari inovasi yang berakar lokal,” tegas Markus.
Rektor Undana, Maxs U. E. Sanam memimpin langsung prosesi pengukuhan. Didampingi jajaran senat universitas, ia menyematkan atribut akademik dan menyerahkan naskah pengukuhan kepada masing-masing guru besar.
Menutup acara, Rektor Undana menyampaikan pesan reflektif yang menyentuh. “Seperti matahari yang tak memilih siapa yang ia hangatkan, ilmu pengetahuan adalah anugerah yang mengalir untuk semua. Para guru besar adalah lentera yang memastikan cahaya itu sampai ke relung-relung yang membutuhkan.”
Pengukuhan ini bukan sekadar seremoni, melainkan simbol komitmen Undana dalam menghadirkan ilmu yang terus tumbuh dan menyebar dari timur Indonesia.
Di balik toga dan gelar, tersimpan puluhan tahun pengabdian, kerja keras, dan cinta terhadap ilmu pengetahuan yang kini membuahkan hasil.