Ruteng, Ekorantt.com – Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Manggarai mendorong pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian.
Hal ini mendapat perhatian khusus dalam Forum Group Discussion (FGD) pada Rabu, 3 September 2025, bertajuk “Kajian Roadmap Peningkatan Kapasitas Literasi Digital dan Sumber Daya Manusia Sektor Pertanian dalam Mendukung Swasembada Pangan Tahun 2025”. Peserta FGD berasal dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Kelompok Wanita Tani.
Kepala Bapperida Manggarai, Livinus Vitalis Turuk, mengatakan teknologi digital bisa diwujudkan lewat pengelolaan website yang dapat mengangkat potensi pertanian.
FGD, kata Livinus, diskusi teknologi digital sedapat mungkin terwujud dalam program pertanian dalam beberapa tahun ke depan.
“Apa yang menjadi diskusi kita bisa dikembangkan menjadi program yang mampu memberikan kesejahteraan kepada petani, memanfaatkan potensi pertanian di Manggarai, menjadi salah satu produk unggulan,” katanya.
Diskusi ini menghadirkan dua pembicara yakni Alia B. Raya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan John Million dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.
Alia B. Raya dalam materinya, menyoroti sejumlah tantangan penting dalam sektor pertanian, terutama terkait literasi digital dan kualitas tenaga kerja.
Sejauh pengetahuannya, tingkat literasi digital di kalangan petani masih terbilang rendah sehingga perlu ditingkatkan secara sistematis.
“Skill tenaga kerja di bidang pertanian saat ini masih belum optimal. Literasi digital juga menjadi hal penting yang harus segera dibenahi, terutama dalam menghadapi tantangan era digital,” ujarnya.
Ia mengajak peserta FGD untuk lebih aktif berbagi pengalaman terkait aktivitas dan capaian pertanian yang telah dilakukan di Kabupaten Manggarai. Hal ini penting, sebagai landasan dalam menyusun roadmap kebijakan yang relevan dan tepat sasaran.
Dia bilang, mengenal Manggarai lewat produk kopinya yang mendunia, termasuk melalui sebuah film yang turut mengangkat nama kopi Manggarai ke kancah nasional.
“Lokasi Manggarai dipilih karena karakteristik perkebunannya yang kuat. Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung dan menyerap tenaga kerja terbesar. Maka, potensi ini harus diperkuat dengan inovasi dan teknologi,” jelas Alia.
FGD merupakan langkah strategis dalam menyusun roadmap peningkatan kapasitas literasi digital dan sumber daya manusia sektor pertanian di Manggarai, dengan harapan dapat mendukung swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan mesin pencari Google.
“Petani bisa menggunakan platform seperti ChatGPT atau Google untuk berdiskusi, mencari solusi, dan meningkatkan kemampuan berpikir secara mandiri. Era digital harus dijadikan alat untuk mempercepat transformasi pertanian,” jelasnya.
John Million dari Kemenko Pangan RI berbagi tentang pentingnya memahami kesenjangan antara kondisi eksisting dan kebutuhan ideal untuk mencapai target swasembada pangan.
Menurutnya, identifikasi gap ini menjadi langkah awal yang krusial dalam menyusun roadmap yang terarah dan berdampak.
“Kita harus tahu di mana kita berdiri saat ini, lalu ke mana kita ingin menuju. Dari situ, arah dan prioritas roadmap bisa disusun dan dikawal bersama,” tegasnya.
John mengatakan kegiatan FGD tidak boleh berhenti pada tataran diskusi semata. Lebih pentingnya adalah bagaimana hasil dari pelatihan ini benar-benar berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terutama para petani sebagai pelaku utama sektor pangan.
“Ukuran swasembada pangan bukan semata pada seberapa banyak yang dijual, tetapi pada seberapa besar manfaat yang dirasakan masyarakat, khususnya dari aspek kesejahteraan,” ujarnya.
Ia menyarankan agar roadmap yang disusun nantinya juga memuat strategi peningkatan kapasitas SDM secara menyeluruh, mulai dari pelatihan, pendampingan, hingga pemanfaatan teknologi tepat guna. “Roadmap yang baik harus menjangkau hingga tahap implementasi konkret,” pungkasnya.