Bajawa, Ekorantt.com – Sejak tahun 1995, Yosep Bheo memilih untuk menjadi pedagang kain tenun di Kota Bajawa, Kabupaten Ngada. Saat itu, ia mulai usahanya dengan menempati salah satu ruko di dalam Pasar Inpres Bajawa.
Sebelum menekuni usaha kain tenun, Yosep sempat berjualan sembako. Namun, karena persaingan yang semakin ketat dan menjamurnya usaha sejenis di Kota Bajawa, ia akhirnya memutuskan untuk beralih menjual kain tenun khas Nusa Tenggara Timur.
“Saya lihat semakin banyak yang usaha sembako, makanya saya pilih jual beli kain tenun,” kata Yosep kepada Ekora NTT di Art Center Bajawa, Rabu, 10 September 2025.
Kain tenun yang dijual Yosep berasal dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur, seperti Ngada, Ende, Nagekeo, dan sejumlah wilayah lainnya.
Tak hanya kain tenun, pria berusia 75 tahun ini juga menjual berbagai produk turunan dari tenun, seperti anting, gelang, dan pernak-pernik lainnya.
“Kalau kain tenun, saya beli dari penenun yang sudah jadi langganan, tapi kalau gelang, kalung dan pernak-pernik lain saya buat sendiri,” ujarnya.
Yosep menyebutkan bahwa harga kain tenun yang dijual di kiosnya bervariasi, mulai dari Rp800 ribu hingga Rp1,6 juta, tergantung pada kualitas kain.
“Kalau lagi musim acara adat, bisa satu bulan 7 sampai 8 juta pendapatan dari usaha ini,” jelasnya.
Yosep mengaku mampu membiayai pendidikan kelima anaknya hingga ke perguruan tinggi dari berjualan kain tenun. Dua di antaranya bahkan telah lulus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Yosep pun berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Ngada yang telah mendukung usaha pelaku UMKM, termasuk melalui penyelenggaraan Festival Wolobobo yang digelar beberapa kali di Kota Bajawa.
“Saat Festival Wolobobo baru-baru ini, pendapatan saya juga lumayan, bisa sentuh angka Rp8 juta, kita berharap pemerintah terus menyelenggarakan kegiatan seperti ini,” katanya.
Selain itu, menurut Yosep, kehadiran Art Center di Bajawa juga memberikan ruang baru bagi pelaku UMKM, khususnya pengrajin dan pedagang kain tenun di Kabupaten Ngada.