Mbay, Ekorantt.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim hujan tahun ini akan datang lebih awal dari kondisi normal.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan berdasarkan pemantauan iklim terkini, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025.
Kondisi ini secara bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah pada periode September hingga November 2025.
“Kami prediksi pada Maret 2025 bahwa musim kemarau mulai terlambat dan selesai lebih cepat. Dan ini terlihat sesuai prediksi bahwa musim hujan datang lebih cepat,” kata Dwikorita dalam siaran pers dari Jakarta, Jumat, 12 September 2025.
Secara klimatologis, wilayah Indonesia sedang memasuki masa peralihan dari kemarau menuju musim hujan pada September.
Sementara secara meteorologi dalam skala waktu harian atau mingguan, BMKG mendeteksi sejak awal September terjadi fenomena atmosfer faktor regional dan lokal.
Dwikorita mengungkapkan bahwa stori regional terjadi karena adanya pergerakan awan hujan dari Samudera Hindia menuju Indonesia di sepanjang ekuator. Selanjutnya aktifnya gelombang rossby dan kelvin yang memperbentuk awan hujan secara masif.
Sementara fenomena lokal itu terjadi yang mana kondisi topografi dan adanya pertemuan angin, kata dia.
Ia menjelaskan, musim hujan mengalami kemajuan karena kondisi suhu permukaan air laut semakin hangat dan meningkat. Hal ini memicu proses penguapan pembentukan awan hujan semakin meningkat dan pengaruh fenomena atmosfer faktor regional dan lokal yang masif dapat berpotensi hujan lebih cepat dari pada normalnya.
“Dibandingkan dengan rerata klimatologis 1991-2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju. Musim hujan diprediksi berlangsung dari Agustus 2025 hingga April 2026 dengan puncak hujan bervariasi,” kata Dwikorita.
Ia menambahkan bahwa peralihan musim ini memang tidak seragam di Indonesia. Nantinya akan berangsur-angsur pada Oktober semua wilayah tanah air sudah masuk musim hujan.
Dwikorita menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. Pada sektor pertanian, misalnya, perlunya penyesuaian jadwal tanam hingga perbaikan irigasi menjadi kunci agar produksi tidak terganggu.
“Kami berharap informasi ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk perencanaan, mitigasi, dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga dampak ancaman bahaya dapat diminimalkan,” tandasnya.