Ruteng, Ekorantt.com – Viviana Murni, dosen Program Studi Matematika pada Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng, berhasil meraih dana hibah nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) untuk melaksanakan penelitian inovatif di bidang pendidikan matematika.
Dari total 50.595 proposal yang masuk, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) hanya menetapkan 16.154 sebagai pemenang hibah, dan empat di antaranya berasal dari Unika Santu Paulus Ruteng – termasuk salah satunya adalah Viviana.
Penelitian yang dilakukan Viviana mengusung judul “Pengembangan Media Augmented Reality Berbasis Etnomatematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa”, sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan pendidikan nasional yang lebih inovatif dan kontekstual.
Dalam wawancaranya dengan Ekora NTT, Viviana menuturkan, proses seleksi hibah ini berlangsung secara ketat dan transparan.
“Setelah pengajuan, tim ahli dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset melakukan penilaian menyeluruh terhadap aspek inovasi, feasibility, dan potensi dampaknya terlebih dahulu,” katanya pada Sabtu, 13 September 2025.
Ia menjelaskan, penilaian substansi penelitian merupakan proses krusial untuk memastikan bahwa ide dan isi penelitian memiliki relevansi serta potensi kontribusi yang tinggi.
“Dalam tahapan ini, aspek utama yang dinilai adalah keaslian, urgensi, kedalaman analisis, dan kebermanfaatan hasil penelitian yang akan dikembangkan,” ujarnya.
Proses seleksi diakhiri dengan penetapan pemenang oleh tim penilai yang berkompeten.
“Terakhir, penetapan pemenang penelitian yaitu proses final menentukan dan mengumumkan proposal terbaik yang berhak mendapatkan penghargaan, dana hibah, atau peluang pembiayaan penelitian,” jelasnya.
Viviana, yang saat ini tengah menempuh studi doktoral di Universitas Negeri Yogyakarta menjelaskan, penelitian ini dilatarbelakangi oleh tantangan yang dihadapi siswa dalam memahami konsep matematika yang abstrak serta rendahnya sikap positif terhadap pelajaran matematika.
Dengan menggabungkan teknologi augmented reality (AR) dan unsur budaya lokal melalui etnomatematika, ia berharap menciptakan media pembelajaran yang interaktif dan kontekstual.
“Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan media pembelajaran yang inovatif dan menarik sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep serta membangun sikap positif siswa terhadap matematika,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari proses belajar yang menyenangkan dan bermakna.
Penerapan AR di Sekolah
Penelitian ini telah mulai diterapkan pada siswa SMP Negeri 1 Langke Rembong, tepatnya pada tanggal 9 dan 13 September 2025. Teknologi AR digunakan dalam pembelajaran topik Relasi dan Fungsi, yang dikenal cukup kompleks bagi sebagian siswa.
Helena Oktaviani Jewaru, guru matematika di sekolah tersebut, memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan aplikasi AR.
“Dengan penerapan aplikasi AR dalam pembelajaran Relasi dan Fungsi, dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pemahaman materi melalui visualisasi objek 3D yang interaktif,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa visualisasi melalui AR mampu mengubah konsep yang abstrak menjadi lebih konkret, sehingga siswa lebih mudah memahaminya.
“Selama proses pembelajaran Matematika berlangsung, saya melihat siswa sangat antusias dan aktif dalam mengikuti pelajaran,” tambahnya.
Salah satu aspek yang paling menarik dari penelitian ini adalah integrasi antara pelajaran matematika dengan budaya lokal, yaitu melalui budaya Caci, sebuah tradisi khas Manggarai berupa tarian sekaligus permainan adu ketangkasan dengan cambuk dan perisai.
“Penerapan contoh masalah kontekstual ini sangat penting dalam pembelajaran Matematika agar anak mampu memahami manfaat mempelajari suatu materi sehingga pada akhirnya membuat mereka termotivasi mempelajari materi tersebut,” ungkap Helena.
Viviana tidak bekerja sendiri. Ia dibantu oleh dua mahasiswa Unika Santu Paulus Ruteng, Emilia Stefani Nurung dan Ermelinda Bahagia, sebagai pembantu lapangan dalam penelitian.
Emilia mengaku, keterlibatan dalam proyek ini sangat berharga, terutama dalam memahami pendekatan kontekstual melalui budaya lokal.
“Sebagai mahasiswa pembantu penelitian, saya melihat bahwa penerapan AR berbasis etnomatematika pada tarian tradisional Caci, khususnya dalam materi relasi dan fungsi, sangat membantu memahami konsep matematika secara kontekstual,” katanya.
Emilia menjelaskan, gerakan dalam tarian Caci, seperti pola serangan dan pertahanan, dapat menggambarkan relasi dan fungsi secara visual.
“Melalui pola gerak pecambuk dan penangkis, serta keterhubungan antarperan, siswa dapat belajar relasi dan fungsi dengan cara yang lebih nyata, menarik, dan tetap menghargai budaya lokal,” ujarnya.
Emilia berharap dengan adanya pendanaan hibah ini, penelitian dapat berjalan dengan lancar dan berdampak positif bagi pengembangan media pembelajaran yang lebih efektif, menyenangkan, dan berbasis pada nilai-nilai lokal.