Puluhan Pelaku UMKM Ramaikan Festival Jelajah Maumere 2025

Even Edomeko mengatakan, FJM bukan sekadar promosi wisata, tetapi juga menjadi momentum pelestarian budaya lokal, terutama tradisi pertanian yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman.

Maumere, Ekorantt.com Sebanyak 80 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meramaikan penyelenggaraan Festival Jelajah Maumere (FJM) 2025 yang berlangsung selama empat hari, 17-20 September 2025, di Lapangan Umum Kota Baru, Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Para pelaku UMKM datang dari berbagai wilayah dengan menampilkan beragam produk lokal, mulai dari kuliner hingga kerajinan tangan hasil olahan dari tenun ikat.

Salah satu pelaku UMKM dari Desa Wolonwalu, Kecamatan Bola, Rila Gobang, mengaku senang dapat ikut serta dalam Festival Jelajah Maumere.

“Kami dari Desa Wolonwalu promosikan produk pangan lokal dan juga tarian Hitek untuk memeriahkan acara ini,” ujar Rila.

Produk pangan lokal yang mereka tampilkan antara lain ubi bakar, lawar, jagung goreng, keripik pisang, ubi rebus, sate pepaya, jagung bunga, dan berbagai kuliner khas lainnya.

Lumbung Benih

Festival Jelajah Maumere 2025 mengusung tema “Wini Ronan” atau Lumbung Benih, yang merupakan refleksi dari budaya bertani masyarakat Sikka. Festival ini bertujuan untuk mengangkat kembali nilai-nilai tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, khususnya dalam praktik berladang dan bertani.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Even Edomeko mengatakan, FJM bukan sekadar promosi wisata, tetapi juga menjadi momentum pelestarian budaya lokal, terutama tradisi pertanian yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman.

“Di Sikka, dalam kegiatan berkebun ada sejumlah tradisi atau ritus yang dijalankan. Semisal dalam menyiapkan lahan, ada tradisi Sako Seng, di mana orang mengerjakan lahan secara bergotong royong sambil bernyanyi dan menari. Pada saat menyiangi tanaman pun, Sako Seng ini digunakan,” kata Even.

Pembukaan Festival Jelajah Maumere di lapangan Kota Baru Maumere, Rabu, 17 September 2025 (Foto: Petrus Popi/ Ekora NTT)

Selain Sako Seng, terdapat pula ritus tradisional lain seperti Wotan Wurat oleh suku Krowe di wilayah Maumere Tengah, Segang oleh masyarakat Tana Ai di wilayah timur, serta Fu Teu yang umum dilakukan di bagian barat Kabupaten Sikka.

“Pada saat panen terdapat tarian Togo Pare juga ada tarian Ka’i. Tarian tersebut lahir dari tradisi berladang. Hasil dari pertanian inilah yang disimpan di dalam lumbung atau Wini Ronan dengan tujuan adanya keberlanjutan proses menanam,” ujar Even.

Namun, ia menyayangkan modernisasi alat dan teknik pertanian mulai menggeser peran nilai-nilai budaya tersebut. Karena itu, FJM juga menjadi sarana untuk melestarikan kebudayaan agraris masyarakat setempat.

“Sejumlah tarian tradisional, ritus-ritus tradisional dan permainan masa kecil juga akan divisualisasikan dalam berbagai pertunjukan seni dan perlombaan yang diadakan selama empat hari,” jelasnya.

Festival ini juga menampilkan representasi dari lima etnik utama di Kabupaten Sikka, Tana Ai, Sikka Krowe, Lio, Palue, serta kelompok pendatang seperti suku Bugis dan Bajo Buton. Mereka membawa benih lokal khas masing-masing daerah untuk disimpan secara simbolis dalam lumbung tradisional di depan Kantor Dinas Pariwisata.

Puncak acara FJM 2025 akan dimeriahkan oleh penampilan para talenta lokal, di antaranya; Moodbreakers, Metal Zone Band, Ones n Viksan, David n Friends, Black Face, Kevin Remixer feat Oliva Helmin, Berno Gagi, dan Calipso.

Even berharap, selama empat hari penyelenggaraan festival, kegiatan ini mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi masyarakat, sekaligus memperkuat identitas budaya daerah.

“Kita juga melibatkan banyak sekolah sehingga kita mengharapkan proses pembelajaran kebudayaan atau pelestarian kebudayaan,” pungkas Even.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img