Pasutri di Sikka Raup Rezeki dari Sampah Festival Jelajah Maumere

Marselus menuturkan, sejak pembukaan Festival Jelajah Maumere pada Sabtu, 20 September 2025, ia dan istrinya mulai mengumpulkan sampah setiap hari setelah acara berakhir.

Maumere, Ekorantt.com – Pasangan suami istri asal Maumere, Marselus Solo (72) dan Susana (74), memanfaatkan sisa sampah plastik dari acara Festival Jelajah Maumere sebagai sumber penghasilan tambahan. Sampah-sampah seperti botol plastik, kardus, dan berbagai jenis limbah lainnya dikumpulkan untuk kemudian dijual ke pengepul barang rongsokan.

Saat ditemui Ekora NTT pada Sabtu pagi, 20 September 2025, pasangan lanjut usia ini terlihat sibuk memunguti sampah plastik yang berserakan di area Lapangan Umum Kota Baru Maumere, lokasi utama pelaksanaan festival.

Sampah seperti gelas plastik, botol bekas air mineral, sisa makanan dan minuman, serta kardus dikumpulkan ke dalam kantong plastik besar. Setelah itu, sampah diangkut menggunakan gerobak ke rumah mereka yang terletak di belakang Hotel Gardena, Kelurahan Beru, Kecamatan Alok Timur.

Marselus menuturkan, sejak pembukaan Festival Jelajah Maumere pada Sabtu, 20 September 2025, ia dan istrinya mulai mengumpulkan sampah setiap hari setelah acara berakhir.

“Kami bangun jam lima pagi. Minum teh habis kami langsung menuju lapangan pilih sampah plastik dan jenis sampah lainnya,” ujarnya.

“Kami harus cepat ke lapangan, karena kalau kami terlambat, maka orang lain akan pilih semuanya. Karena yang pilih sampah plastik ini bukan hanya kami, tapi banyak orang,” tambah Marselus.

Di rumah, sampah-sampah yang telah terkumpul dipilah kembali. Mama Susana menyebutkan bahwa kemasan air mineral bekal mereka susun rapi, ditekan agar padat, lalu dimasukkan ke dalam karung.

Harga jual sampah yang mereka kumpulkan pun cukup beragam. Satu kilogram gelas air mineral bekas dihargai Rp4.000, botol air mineral Rp2.000 per kilogram, dan kardus Rp1.400 per kilogram.

“Dapat sedikit juga tidak apa-apa. Yang penting dapat uang untuk beli beras, isi pulsa listrik, sabun mandi dan kebutuhan lainnya,” kata Mama Susana.

Marselus sendiri sebelumnya bekerja sebagai penjaga malam di kantor daerah dan sebagai buruh di Pelabuhan Lorens Say, Maumere. Ia mengakui bahwa hasil yang didapat dari mengumpulkan sampah selama festival bisa dua kali lipat lebih banyak dibanding hari-hari biasa.

“Hari biasa itu, satu kantong plastik saja tidak penuh. Selama acara festival ini bisa dapat empat karung lebih ini. Lumayan kalau kumpul dengan barang rongsokan lain dan timbang bisa dapat keuntungan kurang lebih satu juta rupiah,” ujar Mama Susana.

Selain saat festival, Marselus dan Susana juga rutin mengumpulkan sampah sisa acara di Sikka Convention Center (SCC), terutama usai pesta pernikahan atau hajatan lainnya.

Marselus menambahkan bahwa barang-barang rongsokan yang telah dikumpulkan biasanya langsung dibeli pengepul yang sudah menjadi langganan mereka.

“Karena kami sudah berlangganan, jadi pengepul yang datang beli dan muat langsung di rumah,” ujarnya.

Meski usia tak lagi muda, semangat pasangan ini tetap tinggi. Mereka memilih lokasi sekitar Kelurahan Beru dan Kota Baru untuk mencari sampah karena keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan berjalan jauh.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img