Pater Vande Kritik Pengelola Dapur MBG di Sikka yang Polisikan Wartawan

Menurut Pater Vande, tindakan memolisikan wartawan oleh pengelola dapur MBG sebagai sikap arogansi pengelola yang tidak mau mengakui kesalahan dan bertindak seolah fakta yang diberitakan salah.

Maumere, Ekorantt.com – Pegiat sosial, Pater Vande Raring, mengkritik pengelola dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Yayasan Peduli Nian Tana Flores yang melaporkan wartawan ke polisi pada Kamis, 25 September 2025 malam.

Pengelola yayasan melaporkan wartawan dari media eNBeIndonesia lantaran memberitakan kasus adanya ulat pada makanan yang mereka sediakan di salah satu sekolah di Maumere, dengan menyebutnya pada judul sebagai ‘skandal’ dan juga karena adanya informasi yang keliru pada isi berita.

Berita tersebut berjudul ‘Skandal MBG di Maumere, Siswa Dapati Nasi dan Tahu Berulat’ dianggap mencoreng nama baik pengelola dapur MBG. Imbasnya, terjadi mediasi di Polres Sikka hingga wartawan meminta maaf dan mengatakan akan mengubah judul dan isi berita.

Menurut Pater Vande, tindakan memolisikan wartawan oleh pengelola dapur MBG sebagai sikap arogansi pengelola yang tidak mau mengakui kesalahan dan bertindak seolah fakta yang diberitakan salah.

“Jangan wartawan diteror dengan melapor untuk menutup fakta yang benar terjadi (bahwa) nasi berulat. Saya sepakat wartawan dilaporkan jika pemberitaan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Ini faktanya nasi berulat, lalu apa yang mau dilaporkan?” kata Vande kepada Ekora NTT, Jumat, 26 September 2025.

Menurutnya, jika yang dipersoalkan adalah penggunaan kata ‘skandal’ pada judul, mestinya pihak pengelola mengintrospeksi diri sebab makan berulat itu skandal yang bisa menyebabkan anak keracunan, sakit perut, dan bisa juga mati.

“Jangan dilihat sepele nasi berulat itu, tapi dampak dari makanan berulat itu yang membawa akibat fatal, karena MBG itu program untuk manusia yang kualitasnya beda dengan untuk binatang,” kata dia.

“MBG itu program Makan Bergizi Gratis bukan Makan Berulat Gratis, harus dipahami dulu arti MBG. Maka jika dalam menu ditemukan ulat, itu bukan lagi makanan bergizi gratis tapi makanan beracun yang membawa sakit,” tambah Pater Vande.

Ia menambahkan, tindakan melaporkan wartawan sebagai bentuk pembunuhan karakter jurnalis yang menjalankan fungsi profesinya sebagai pena kebenaran dan keadilan.

“Seorang jurnalis itu nabi yang menjalankan fungsi kontrol yang mengarahkan kita pada jalan kebaikan, kebenaran, dan keadilan.”

Menurut Vande, pihak pengelola mesti berbenah diri, bukan sebaliknya mencari alasan pembenaran diri dan seolah kesalahan ada pada pihak lain.

“Pengelola harus meminta maaf kepada publik atas fakta yang membawa dampak beracun bagi anak sehingga siswa tidak takut mengonsumsi MBG,” pungkasnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img