Larantuka, Ekorantt.com – Tiga sekolah di Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terkendala internet akibat kebijakan pengetatan anggaran oleh pemerintah pusat.
Ketiga sekolah tersebut yakni SDK Lamawohong, SDK Kalelu, dan SDK Lamaole, yang sebelumnya mengakses jaringan internet dari tower Bakti Kominfo site Titehena dan sinyal tangkapan dari tower site Lemanu.
Namun, sejak 31 Desember 2024, Bakti Kominfo memutuskan jaringan atau di-determined.
“Pemutusan juga terjadi terhadap 76 site Akses Internet (AI) atau wifi gratis lainnya yang tersebar di sekolah, kantor desa, dan puskesmas. Jadi otomatis berdampak pada ketiga sekolah ini karena hanya mendapat sinyal tangkapan dari site Lemanu,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Flores Timur, Heronimus Lamawuran di Larantuka pada Selasa, 30 September 2025.
Akibatnya, para siswa di tiga sekolah ini harus mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di luar sekolah.
Heronimus mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi (Komdigi) untuk reaktivasi 77 site.
“Kami masih menunggu putusan reaktivasi dari Kementerian Komdigi,” ucap dia.
Untuk diketahui, ketiga sekolah yang ketiadaan jaringan internet ini melaksanakan ujian ANBK di pekuburan umum dan sekitar pesisir pantai.
Siswa SDK Lamawohong melaksanakan ujian di pekuburan umum desa setempat, sedangkan siswa SDK Kalelu dan SDK Lamaole mengakses jaringan dari Larantuka di wilayah pesisir pantai.
Kepala SDK Lamawohong, David Laben Tukan mengatakan sudah tiga tahun, pelaksanaan ujian dilakukan di Tempat Pekuburan Umum (TPU) desa setempat.
David mengatakan pengawas dari Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga (PKO) Flotim ikut memantau pelaksanaan ujian ANBK.
Pengawas, kata David, menyarankan agar komite sekolah dan pemerintah desa memfasilitasi siswa mengikuti ujian di Desa Nusadani dan sekolah terdekat yang ada jaringan internet.
Namun, menurut David, hal ini akan menyulitkan orang tua dan pihak sekolah yang harus menyiapkan uang transportasi dan makan minum siswa saat di sana.
“Anak-anak harus tempuh perjalanan jauh untuk ke Nusadani. Kita para guru harus menanggung risiko anak-anak pulang pergi. Jadi kita pilih yang lebih dekat dengan kampung yaitu di pekuburan umum ini,” ungkap David.
David berharap pemerintah bisa membantu kebutuhan jaringan internet di Pulau Solor.
“Kita tidak tahu untuk urusan internet ini. Kita berharap teman-teman media, agar pemerintah bisa membantu kami yang ada di pulau kecil dan terluar ini,” kata dia menandaskan.