Yayasan Ayo Indonesia Adakan Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Metode Lejong di Lelak

Ia mengawali usahanya dengan bergabung dalam Kelompok Mandiri Manggarai (Kadim), kemudian menjalin kerja sama dengan Swisscontact Labuan Bajo.

Ruteng, Ekorantt.com – Yayasan Ayo Indonesia mengadakan pelatihan kewirausahaan berbasis pendekatan Lejong di Kampung Kalo, Desa Lentang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur selama dua hari, 6-7 Oktober 2025.

Kegiatan yang didukung oleh Missionprokur SVD Swiss ini bertujuan untuk mendorong pemberdayaan generasi muda dan meningkatkan pengetahuan tentang kewirausahaan di kalangan masyarakat, khususnya pemuda desa.

Metode Lejong merupakan pendekatan pembelajaran yang edukatif dan inspiratif. Metode ini menekankan pentingnya interaksi langsung, dialog terbuka, serta pembelajaran melalui pengalaman lapangan, sehingga peserta tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga pemahaman praktis yang aplikatif.

Pelatihan ini melibatkan 15 pemuda serta enam orang perwakilan kelompok disabilitas desa. Selama pelatihan mereka dilatih membangun mental kewirausahaan, memperkuat nilai spiritualitas, serta meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan usaha kecil dan menengah, khususnya di bidang agribisnis.

Selama dua hari pelatihan, peserta berkesempatan untuk berkunjung ke Kebun Gery di Kampung Wela, Desa Golo Worok, kebun hortikultura milik Hubert Cupung di Kampung Maras, Desa Belang Turi, Kecamatan Ruteng. Untuk sesi refleksi spiritual peserta pelatihan berkunjung ke rumah milik Hubert, anggota kelompok disabilitas di Kampung Kalo, Desa Lentang. Seluruh rangkaian kegiatan dipandu oleh Rikhardus Roden, staf Yayasan Ayo Indonesia.

Belajar dari Praktik Nyata

Ada dua sosok inspiratif dalam pelatihan ini, yakni Gery Matur dan Hubert Cupung, petani yang sukses berkat kerja keras dan ketekunan. Gery, lulusan SMKN Pertanian Golo Welu, memilih bertani hortikultura sebagai jalan hidupnya.

Ia mengawali usahanya dengan bergabung dalam Kelompok Mandiri Manggarai (Kadim), kemudian menjalin kerja sama dengan Swisscontact Labuan Bajo. Usaha pertaniannya kini berkembang pesat dan menjadi contoh bagi pemuda lainnya.

Sedangkan Hubert dulunya merupakan pengangguran sebelum akhirnya bergabung dengan Ayo Indonesia. Ia memulai usahanya dari nol dan membangun bisnis hortikultura yang kini tak hanya menopang perekonomian keluarganya, tetapi juga membawanya menjadi pembicara motivasi di berbagai forum petani.

“Dari usahanya, Hubert dapat membangun rumah dan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Ia juga diminta oleh beberapa lembaga untuk menjadi narasumber kepada para petani,” kata Rikhardus.

Tak hanya soal teknis berwirausaha, pelatihan juga menekankan pentingnya spiritualitas dalam bekerja. Para peserta dibimbing untuk memahami bahwa bekerja tidak semata-mata mengejar keuntungan finansial, melainkan juga sarana pelayanan dan penghormatan terhadap ciptaan Tuhan.

Angelina, salah satu peserta pelatihan, menuturkan, kegiatan ini membuka perspektif baru baginya dalam memaknai usaha pertanian.

“Saya belajar bahwa bekerja bukan hanya soal mencari keuntungan, melainkan juga menjadi sarana untuk melayani sesama dan menjaga ciptaan Tuhan,” ujarnya.

Nilai-nilai spiritualitas yang diperolehnya selama pelatihan, seperti kejujuran, kerendahan hati, dan ketekunan. “Ketika kita tidak jujur berarti kita tidak percaya pada diri sendiri dan pada Tuhan,” katanya.

Spiritualitas Kerja

Dalam pemaparan materi tentang spiritualitas karya diakonia, Pater Silvester Leo, SVD menjelaskan, kerja merupakan panggilan hidup mulia dan harus dijalani dengan kesungguhan, solidaritas, serta keadilan.

Menurut Pater Leo, anak muda masa kini memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan, namun sering kali terhambat oleh pandangan keliru tentang kesuksesan dan rendahnya motivasi untuk bekerja serta berwirausaha.

“Kerja adalah bagian dari jati diri manusia dan bahwa Allah sendiri bekerja. Oleh karena itu, bekerja adalah sesuatu yang baik dan mulia,” pungkasnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img