Larantuka, Ekorantt.com – Aksi begal yang terjadi beberapa bulan belakangan di jalan trans Flores Larantuka-Maumere tepatnya di Desa Mokantarak kian meresahkan warga.
Sejak Agustus 2025 sudah terjadi lima aksi pembegalan di wilayah tersebut.
Adapun salah satu korban dari aksi pembegalan ini adalah Paulus Kumanireng, warga Desa Mokantarak, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.
Paulus menceritakan pada Minggu, 24 Agustus 2025, sekitar pukul 23.00 Wita, ia ditahan oleh dua orang bertopeng di wilayah Desa Mokantarak.
Paulus mengatakan, para pelaku pembegalan tidak memakai baju. Mereka menggunakan baju untuk menutupi wajah, menyerupai ninja dan membawa serta barang tajam.
“Baju mereka ikat di kepala. Tutup wajah, seperti ninja. Mereka tahan saya. Mereka juga pegang dengan parang, jadi saya takut untuk berhenti. Karena saya tidak berhenti, mereka ayun parang ke arah saya. Tapi, saya mengelak dan kena di sadel motor,” cerita Paulus kepada Ekora NTT, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Akibat aksi penyerangan ini, beberapa jenis barang dagangannya dirampok.
“Rokok ada tiga slot mereka ambil. Biar saja barang mereka ambil. Intinya, saya bersyukur saya selamat,” tutur Paulus.
Salah satu korban lainnya adalah Vian Banda, warga Desa Bama, Kecamatan Demon Pagong.
Vian menuturkan, pada Minggu, 7 September 2025, sekitar pukul 21.00 Wita, ia bersama keluarga melakukan perjalanan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Bama.
Setiba di kawasan wisata air panas di Desa Mokantarak, mereka dicegat dari arah samping oleh manusia bertopeng.
“Mereka tahan kami tidak berhenti. Jadi, mereka lempar pakai batu,” kata Vian.
Vian mengatakan akibat penyerangan, anaknya yang berumur lima tahun mengalami luka di bagian dagu dan saudari iparnya mengalami luka lebam pada bagian rusuk.
“Untuk wajah para pelaku, kita tidak tahu. Wajah pelaku pakai topeng. Selain itu, lokasi itu sangat gelap sekali,” jelas Vian.
Kasus ini telah dilaporkan kepada Lemerintah Desa Mokantarak dan bhabinkamtibmas setempat.
Minta Lampu Penerangan Jalan
Petrus Baga Maran, Kepala Desa Mokantarak, Kecamatan Larantuka saat dikonfirmasi Ekora NTT mengaku telah menerima laporan warga berkaitan dengan aksi pembegal tersebut.
Petrus mengatakan selama dua bulan terakhir pemerintah desa telah menerima sebanyak lima laporan, empat di antaranya adalah warganya dan satu warga dari Desa Bama.
“Memang, akhir-akhir ini aksi begal ini marak terjadi. Pemerintah desa untuk dua bulan ini, terima lima laporan dari warga. Mereka para korban alami luka lebam di area tubuh dan kap motor rusak akibat lemparan batu. Ada juga yang kehilangan barang dagangannya karena diambil oleh pelaku begal,” jelas Petrus di Mokantarak pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Ia mengatakan pemerintah desa dan Bhabinkamtibmas telah melakukan patroli memastikan keamanan dan ketertiban. Namun, aksi pembegalan tersebut itu kembali terjadi, kata Petrus.
Petrus menjelaskan para pelaku beraksi secara leluasa karena kawasan itu gelap.
“Lampu penerangan jalan hanya satu di area itu. Itupun tidak berfungsi lagi. Pernah, warga turun melakukan pengejaran terhadap pelaku, tapi daerah itu gelap sekali, jadi pelaku berhasil kabur,” kata Petrus.
Petrus menjelaskan saat ini, pihaknya telah menyurati pemerintah kabupaten meminta bantuan lampu jalan di wilayah Desa Mokantarak.
“Kita minta lampu penerangan jalan. Yang kita minta itu, sebanyak lima titik lampu penerangan jalan yang biasa digunakan oleh para pelaku begal untuk menyerang para pengguna jalan,” jelas Petrus.