Festival Pangan Lokal Dorong Masa Depan Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Ende

"Sejak tahun lalu, kami telah melakukan kerja-kerja literasi pangan lokal bersama sekolah-sekolah, terutama sekolah menengah kejuruan yang ada di Kabupaten Ende," ujar Iis.

Ende, Ekorantt.com — Yayasan Flores Bumi Lestari mengadakan festival pangan lokal dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia 2025 pada 16–17 Oktober di Desa Ondorea Barat, Nangamboa, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Acara tersebut mengangkat tema mewujudkan hak atas pangan, menjaga masa depan dengan mengedepankan food for future atau pangan masa depan berbasis komunitas. Food for future mengacu pada sistem pangan inovatif, berkelanjutan, dan tangguh yang berfokus pada teknologi baru, keberlanjutan lingkungan, Kesehatan, dan ketahanan pangan.

Pendiri Yayasan Flores Bumi Lestari, Maria Iis Beribe, mengatakan festival pangan lokal merupakan bagian dari gerakan food for future yang sudah dua tahun berjalan untuk mengangkat potensi pangan lokal dan mendukung ketahanan pangan berbasis komunitas.

“Sejak tahun lalu, kami telah melakukan kerja-kerja literasi pangan lokal bersama sekolah-sekolah, terutama sekolah menengah kejuruan yang ada di Kabupaten Ende,” ujar Iis.

Ia menjelaskan kegiatan tersebut untuk mengingatkan bahwa masa depan pangan berada di depan mata dan menjadi kebudayaan setiap hari.

Bahkan, lanjut dia, bahwa alam lebih dahulu mempersiapkan segalanya. Tanah menumbuhkan, air menghidupkan, angin menebar benih kehidupan, alam memberi tanpa menuntut, menghadirkan pangan yang melimpah.

“Tugas kita hanya menjaga dan merawatnya setia mengolah dengan rasa syukur dan berinovasi dengan cinta dari tangan-tangan kreatif,” kata Iis.

Oleh sebab itu, kata dia, Yayasan Flores Bumi Lestari memandang perlu hadirnya program inisiatif yakni food for future demi membangun kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kedaulatan pangan, keberlanjutan ekologi, serta pelestarian pengetahuan lokal.

Iia menjelaskan, melalui pendekatan lintas sektor baik segi pendidikan, budaya, dan ekonomi, menjadi ruang belajar bersama antara masyarakat, pemerintah, dan gereja untuk menumbuhkan kecintaan terhadap pangan lokal sebagai bagian dari identitas dan masa depan bersama.

Gerakan Jaga Bumi

Festival yang berlangsung selama dua hari ini menghadirkan beragam kegiatan seperti edukasi kesehatan mental, talkshow gizi dan pangan, demo kreasi masak berbahan dasar pangan lokal, pameran komunitas dan UMKM, serta pameran foto hasil lomba kontes fotografi bertema pangan lokal yang sebelumnya telah digelar.

Sebanyak 235 peserta hadir dari berbagai kalangan mulai dari petani, pelaku UMKM, pemuda, mahasiswa, hingga tokoh masyarakat.

Kegiatan yang terselenggara itu atas dukungan Daughters for Earth, bekerja sama dengan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Ende, Rumah BUMN Ende, dan Universitas Flores.

Ketua Komisi PSE Keuskupan Agung Ende, Pastor Reynard Dhae, mengatakan bahwa pangan lokal merupakan bagian dari identitas dan spiritualitas masyarakat.

“Pangan lokal itu bukan hanya soal kebutuhan jasmani, tetapi juga tanda kasih Allah yang memberi kehidupan bagi seluruh ciptaan,” kata Reynard.

Ia menambahkan, Gereja Katolik memandang pangan sebagai anugerah dan tanggung jawab. Dalam setiap butir pangan, setiap hasil bumi, kita menemukan wajah Allah yang memelihara, memberi makan, dan merawat.

Ia mengajak seluruh umat untuk bersama menjaga kelestarian pangan lokal sebagai wujud merawat kehidupan dan bumi ciptaan.

“Semoga melalui festival pangan lokal ini tumbuh kesadaran baru bahwa kita semua dipanggil untuk menanam harapan, memanen kasih, dan membagi kehidupan bagi dunia. Bumi adalah altar Tuhan, setiap benih yang tumbuh adalah doa syukur kita,” kata Reynard.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Ende, H. Ibrahim Gadir Dean, menilai festival pangan lokal sebagai bentuk nyata komitmen bersama dalam menjaga kedaulatan pangan melalui gerakan jaga bumi.

“Pemerintah dari pusat hingga daerah sedang menggaungkan ketahanan pangan. Melalui festival ini, kita membangkitkan semangat bersama untuk mengembangkan pangan lokal di setiap wilayah,” ujarnya.

Ia berharap kegiatan ini menjadi agenda rutin karena mampu menggugah generasi muda untuk mencintai pangan lokal dan mendukung pertumbuhan UMKM berbasis pangan daerah.

“Jangan berhenti sekali saja. Kalau bisa kita jadwalkan setiap enam bulan atau setahun sekali agar kampanye pangan lokal semakin meluas di Kabupaten Ende,” tandasnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img