Larantuka, Ekorantt.com – Oktavianus Mario Hermento, 30 tahun, warga Dusun Waitiu, Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur meraup keuntungan jutaan rupiah dari usaha bisnis pisang kepok.
Pria yang biasa disapa Ermen ini sudah dua tahun berbisnis pisang dari sebelumnya sebagai montir. Ia memanfaatkan peluang ini di tengah sebagian wilayah di Flores terserang virus pisang berdarah.
“Cerita teman-teman pedagang dari Maumere, mereka selalu untung dagang pisang. Untung sampai jutaan rupiah. Jadi, saya tertarik untuk ikut dagang pisang,” kata Ermen di Larantuka, Senin, 3 November 2025.
Bermodalkan uang tabungan yang diperolehnya dari montir bengkel sebesar Rp10 juta, ia memulai berbisnis jual beli pisang.
Ermen membeli pisang di petani secara gelondongan. Satu tandan pisang dibeli dengan harga Rp50 hingga Rp60 ribu.
Harga yang dibeli dari petani lebih dari itu, tergantung buah pisang bulat, bagus, dan berisi.
“Kalau yang paling rendah itu Rp30 ribu dan Rp40 ribu. Kalau tidak terlalu bagus kualitasnya paling rendah saya beli Rp25 ribu per tandan,” ujar Ermen.
Ermen bilang, pasokan utama pisang di Flores Timur diperoleh dari Pulau Adonara dan Kecamatan Tanjung Bunga. Tiap hari, Ermen selalu ke Pasar Baru, Larantuka untuk membeli pisang dari pedagang asal Adonara.
Sedangkan kalau dari Tanjung Bunga dan daratan Flores Timur, biasanya ia langsung membelinya dari petani di kebun-kebun.
“Mama dari Adonara, dari Wure, dari Bliko, mereka bawa biasanya satu orang 10 tandan, 20 tandan ke Pasar Baru. Sedangkan, kalau Tanjung Bunga kita biasa langsung beli di kebun-kebun petani. Harganya, tetap disesuaikan dengan kualitas buah dan jumlah sisir,” tutur Ermen.
Ermen mengaku memiliki pasarannya sendiri di Ende. Pisang yang dibawa dari Larantuka tidak dibawa ke Surabaya.
“Kalau saya over di Ende. Satu minggu dua kali. Ada juga teman-teman pedagang yang lain larinya ke Ruteng, Manggarai,” kata Ermen.
Ermen menggunakan mobil pikap untuk mengangkut sekitar 150 hingga 170 tandan pisang kepok.
“Lalu kalau sudah selesai jual itu biasanya sampai Rp12 juta hingga Rp13 juta. Hitung-hitung selisih keuntungan, kurang lebih untung sekitar Rp2 juta per sekali jalan,” ungkap Ermen.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Flores Timur, Siprianus Sina Ritan mengatakan, saat ini banyak sekali pedagang yang berasal dari Ende dan Sikka membeli pisang dari Flores Timur.
“Wilayah Ende yakni di sekitar Maurole, Mukusaki, dan Maumere dari perbatasan Boru hingga Wolowiro banyak yang mati karena terserang hama. Jadi, pasokan utama pisang untuk kedua wilayah ini, banyak disupport dari Larantuka melalui para pedagang ini,” ungkap Sipri.
Ia berharap para pedagang pisang tetap membeli dengan harga normal agar para petani di Flores Timur dapat menikmati keuntungan dari harga pisang yang saat ini tengah naik.
Harga pisang secara normal di Flotim antara Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per tandan.
“Secara harga ini normal. Karena harga rata-rata pisang itu satu kilo dengan 10 ribu rupiah. Satu kilo, itu sama dengan satu sisir pisang,” ungkap Sipri.
Menurutnya, banyak pedagang datang langsung beli di kebun-kebun petani. Namun, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Flores Timur tetap memantau harga di lapangan, agar para pedagang dapat membeli dengan harga pasar.
“Agar petani kita juga dapat menikmati keuntungan di tengah harga pisang yang saat ini sedang naik,” imbuh Sipri.


                                    










