Unika Santu Paulus Ruteng Dorong Profesionalitas Guru PAUD

Dekan FKIP, Pastor Yohanes Mariano Dangku menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem PAUD yang sehat.

Ruteng, Ekorantt.com – Unika Santu Paulus Ruteng melalui Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), mengadakan seminar nasional bertajuk “Penguatan Profesionalitas Guru PAUD untuk Pendidikan Anak Usia Dini yang Berkualitas” pada 30 Oktober 2025.

Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di Aula GUT lantai 5 Unika Santu Paulus Ruteng dan melalui platform zoom itu, menghadirkan pemerintah daerah, organisasi profesi, akademisi, serta mitra pendidikan dari berbagai wilayah Indonesia Timur. Lebih dari 255 mahasiswa, 11 alumni dan mitra, serta 23 peserta turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Seminar dibuka secara resmi oleh Dekan FKIP Unika Santu Paulus Ruteng, Romo Yohanes Mariano Dangku, setelah sambutan pembuka oleh Ketua Program Studi PG PAUD, Beata Palmin.

Dalam sambutannya, Beata menegaskan pentingnya menempatkan guru PAUD sebagai fondasi utama dalam pembentukan karakter dan kecerdasan anak bangsa.

“Profesionalitas guru PAUD harus menjadi prioritas bersama. Kita tidak bisa berharap pada mutu pendidikan yang baik jika kesejahteraan para guru diabaikan,” ujarnya.

Beata menyebut Program Studi PG PAUD Unika Santu Paulus berkomitmen menjadi pusat pengembangan keilmuan dan advokasi kebijakan PAUD di Nusa Tenggara Timur, menjembatani dunia pendidikan tinggi dengan kebijakan daerah.

Dekan FKIP, Pastor Yohanes Mariano Dangku menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem PAUD yang sehat.

“Pendidikan anak usia dini adalah jantung peradaban. Guru PAUD tidak sekadar mengajar, tetapi membentuk manusia,” katanya.

“Karena itu, penguatan kompetensi, spiritualitas, dan kesejahteraan mereka adalah bentuk nyata dari pembangunan manusia seutuhnya,” tegasnya.

Kesenjangan dan Tantangan Guru PAUD

Pembicara pertama, Theresia Alviani Sum, dosen Unika Santu Paulus Ruteng, mengangkat tema “Profesionalisme Guru PAUD: Antara Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan.”

Ia menjelaskan, 87 persen layanan PAUD di Kabupaten Manggarai berstatus non-formal, dengan gaji rata-rata guru hanya Rp162 ribu –Rp800 ribu per bulan, jauh di bawah UMP NTT 2025 yang mencapai Rp2.328.000.

“Kita perlu perubahan struktural. Profesionalitas hanya bisa tumbuh jika guru PAUD dihargai layaknya profesi pendidik lainnya,” kata dia.

Theresia juga mendorong implementasi teacher coaching dan program RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau) agar peningkatan kompetensi guru dapat berkelanjutan, tidak sekadar berhenti pada pelatihan teknis.

Ketua Himpaudi Provinsi NTT, Sari Dewi Astuti, dalam materinya bertajuk “Himpaudi sebagai Rumah Bersama Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini”, menekankan pentingnya organisasi profesi menjadi wadah pembelajaran sepanjang hayat.

“Guru PAUD bukan sekadar pengajar, tapi penuntun tumbuh kembang anak. Himpaudi hadir untuk memastikan mereka tidak berjalan sendiri,” ujarnya.

Sari mengidentifikasi empat tantangan utama bagi pendidik PAUD di NTT, yakni rendahnya kualifikasi pendidikan, minimnya pelatihan, terbatasnya dukungan finansial, serta kesenjangan digitalisasi.

Melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, Unicef, dan Save the Children, Himpaudi NTT telah meluncurkan berbagai program peningkatan kapasitas dan advokasi kebijakan, termasuk mendorong lahirnya Peraturan Gubernur tentang PAUD Holistik Integratif.

Bunda PAUD Kabupaten Manggarai, Meldyanti Hagur Marcelina dalam materinya “Peran Bunda PAUD dalam Mendorong Profesionalitas Guru PAUD dan Kolaborasi Pemerintah Daerah”, menekankan tanggung jawab pemerintah daerah dalam memastikan kesejahteraan pendidik.

“Kami memberikan beasiswa kepada lebih dari 200 guru PAUD untuk melanjutkan studi. Kolaborasi adalah kuncinya, tidak cukup berhenti pada wacana, tapi diwujudkan dalam aksi nyata,” tegas Meldyanti.

Senada dengan itu, Kepala Bidang PAUD dan PNF Manggarai Barat, Silvester Andi Gampung memaparkan praktik kolaborasi lintas sektor dalam materinya bertajuk “Kolaborasi Pemerintah Daerah, Desa, dan Mitra dalam Membangun PAUD Berkualitas di Manggarai Barat.”

“Setiap desa di Manggarai Barat kini diwajibkan menggaji minimal satu guru PAUD sebesar Rp1 juta per bulan. Ini bentuk komitmen bersama agar PAUD terus hidup dan berkembang,” ujarnya.

Dari Manggarai Timur, Kepala Bidang PAUD dan PNF, Nemesius Febrian Jumpa menyoroti pentingnya pendekatan holistik-integratif yang melibatkan sektor kesehatan, gizi, dan pendidikan.

“Guru PAUD bukan hanya pelaksana kurikulum, tetapi garda depan dalam membentuk generasi cerdas dan berkarakter,” pungkasnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img