Akademisi Minta Pemerintah Terapkan Pengendalian Hayati Tangani Penyakit Darah Pisang

Bakteri ini, katanya, memang spesifik menyerang tanaman pisang dan banyak menyerang pisang olahan dengan genotipe ABB.

Ruteng, Ekorantt.com –  Dosen Universitas Katolik Indonesia, Rizki Adiputra Taopan mendorong pemerintah untuk segera melakukan pengendalian secara hayati sebagai upaya yang bisa diterapkan mengatasi penyakit darah pisang.

Selain ramah lingkungan, menurutnya, pengendalian secara hayati relatif murah.

“Perlu dilakukan riset terkait agen hayati yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri,” kata Rizki kepada Ekora NTT pada Rabu, 5 November 2025.

Ia mendorong agar adanya kerja sama antara pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga riset untuk melakukan pengendalian secara hayati demi mencapai hal itu.

Rizky berkata, penyakit darah pada pisang disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB) yakni ralstonia syzygii subsp. Celebesensis.

Bakteri ini, katanya, memang spesifik menyerang tanaman pisang dan banyak menyerang pisang olahan dengan genotipe ABB.

Menurut Rizki, petani perlu waspada ketika telah terdapat tanaman pisang yang terserang BDB.

Jika ditemukan, pohon pisang yang terinfeksi sebaiknya segera dimusnahkan dengan cara dicabut, kemudian dibakar, atau dicacah dan disemprot menggunakan formalin.

Hal ini sebagai bagian dari tindakan pencegahan agar patogen tidak menyebar ke tanaman pisang yang lain, katanya.

“Karena patogen ini menginfeksi melalui akar, maka petani perlu memperhatikan agar jangan sampai terjadi luka pada akar pisang,” terang dosen Program Studi Agronomi itu.

Rizki juga mendorong petani perlu memelihara tanaman pisang agar terhindar dari berbagai vektor yang mungkin membawa patogen genus rasltonia.

BDB, katanya, memiliki sejarah panjang di Indonesia, pertama kali dilaporkan di Pulau Selayar pada tahun 1900-an, kemudian menyebar ke Jawa pada akhir 1980-an.

Ralstonia syzygii subsp. Celebesensis menyebabkan buah pisang mengeras, bagian empulur berwarna coklat kemerahan disertai adanya ooze atau lendir bakteri.

“Lendir inilah yang diasosikan seperti ‘darah’,” ucapnya.

Rizky mengemukakan, Gäumann (1921) melaporkan bahwa patogen ini dapat bertahan setidaknya selama satu tahun di tanah.

Meski tidak menghasilkan endospora karena Ralstonia syzygii subsp. Celebesensis bersifat gram negatif, patogen ini diduga retensi yang tinggi di tanah.

“Hal tersebut disebabkan karena kemampuannya dalam membentuk biofilm,” jelasnya.

Selain itu, patogen ini juga dilaporkan dapat menyebar melalui air dan peralatan pertanian.

Genus ralstonia dilaporkan dapat menginfeksi dan hidup di dalam xilem tanaman pisang. Spesies yang dilaporkan adalah Ralstonia syzygii subsp. Syzygii.

“Hal ini memungkinkan genus ralstonia untuk terbawa oleh vektor serangga, seperti Cercopidae, Hindola fulva, dan H. Striata,” sebut Rizky.

“Kemampuan bertahan di tanah yang tinggi dan persebaran yang luas menyebabkan patogen ini sulit ditangani,” tambahnya.

Rizki berpendapat BDB menyerang tanaman pisang dewasa usia produktif, sehingga sangat merugikan para petani.

“Bahkan BDB telah menjadi faktor pembatas budi daya pisang di Sulawesi. Hal ini disebabkan karena kerugian dapat mencapai 50 persen,” ucapnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, petani pisang di beberapa kabupaten seperti Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, dan Sikka  hidup tidak bedaya.

Misalkan, Sebastianus Anggal, petani asal Bondei, Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, wabah ini menjadi mimpi buruk berkepanjangan.

Empat hektare kebun pisangnya musnah akibat serangan penyakit itu.

“Di tahun 2019 itu sekitar bulan Agustus mulai kena,” ceritanya kepada Ekora NTT.

Hal yang sama juga dialami Yakobus Boli, 68 tahun, petani asal Boganatar, Desa Kringa, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka.

Ia hanya bisa pasrah karena tanaman pisang miliknya hancur akibat terserang penyakit darah pisang.

“Saya menangis pak, sekitar 50 batang pisang yang siap panen hancur semua,” kata Yakobus.

Penyakit darah pisang mulai menyerang tanaman pisang sejak lama. Namun penyakit ini mulai melanda di wilayahnya sejak April 2025 lalu.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img