Kupang, Ekorantt.com – Upaya percepatan penurunan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga membutuhkan peran aktif orangtua dalam memastikan tumbuh kembang anak berlangsung optimal.
Sebab itu, di berbagai posyandu dan puskesmas di Kota Kupang, petugas kesehatan gizi dan para kader terus mengajak para orangtua untuk lebih peduli terhadap asupan gizi dan pola asuh anak.
Mereka menekankan pentingnya perhatian sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, yang dikenal sebagai periode emas atau 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Di tengah gencarnya pemerintah menekan turunnya angka stunting serta upaya dari para kader posyandu dan petugas kesehatan, terkendala peran aktif orangtua.
Kondisi seperti ini dialami Posyandu Sakinah di Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Ketua kader Posyandu Sakinah, Mama Ainul Junus mengatakan, pemantauan terhadap anak dengan status stunting, gizi buruk dan gizi kurang terkendala peran aktif orangtua untuk membawa anaknya secara rutin setiap bulan ke posyandu.
“Orangtua tidak aktif membawa anak ke posyandu. Mereka lebih mementingkan pekerjaan dari pada tumbuh kembang anak,” ujar Ainul di Kupang pada Rabu, 5 November 2025.
Ia mengatakan, di wilayah kerja Posyandu Sakinah tercatat ada empat bayi stunting, satu bayi gizi buruk dan satu bayi gizi kurang.
Posyandu Sakinah terus berupaya mendukung program percepatan penurunan stunting dengan memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada bayi dan ibu hamil dari pemerintah.
Selain dari pemerintah, Posyandu Sakinah juga mendapat bantuan PMT dari program pos gizi yang diadakan oleh Layanan Kesehatan Cuma-cuma Dompet Duafa untuk intervensi bagi 15 anak-anak malnustrisi selama 12 hari.
Terpisah, Kepala Puskesmas Oepoi, drg. Elfrida Ruth mengatakan, banyak kasus stunting bermula dari kurangnya perhatian terhadap pola makan ibu hamil dan bayi.
Menurutnya, program pemerintah akan berhasil jika didukung oleh keluarga, khususnya ibu dan ayah. Mereka adalah pihak yang paling menentukan kualitas gizi dan stimulasi tumbuh kembang anak.
Selain pemberian makanan bergizi, pola asuh yang penuh kasih juga menjadi faktor penting.
“Banyak keluarga yang belum menyadari bahwa perhatian emosional, kebersihan lingkungan, serta jadwal imunisasi turut memengaruhi kesehatan anak,” terangnya.
Pemerintah Kota Kupang, kata Elfrida, telah menggencarkan berbagai program, mulai dari pemberian makanan tambahan (PMT), edukasi gizi, hingga pemeriksaan rutin di Posyandu. Namun, semua langkah itu akan lebih efektif jika orangtua ikut berperan aktif.
“Pemerintah sudah menyiapkan intervensi gizi dan layanan kesehatan. Tapi tanpa keterlibatan keluarga, hasilnya tidak akan maksimal,” tambah Elfrida.
Ia berharap melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, para kader dan orangtua, angka stunting di Kota Kupang terus menurun.
“Anak sehat bukan hanya karena program pemerintah, tetapi karena cinta dan perhatian orangtua yang tumbuh setiap hari,” tandasnya. (Patrick Padeng/ Adv)













