Mbay, Ekorantt.com – SMPK Kotagoa, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, terus menumbuhkan semangat literasi di kalangan peserta didik. Hasilnya sudah tampak.
SMPK Kotagoa meluncurkan sebuah buku bertajuk Masa Kecil, Rumah, dan Kotagoa pada Jumat, 7 November 2025. Buku setebal 155 halaman tersebut memuat kumpulan tulisan para peserta didik, mulai dari cerita di rumah hingga pengalaman mereka di sekolah.
Wakil Kepala Sekolah SMPK Kotagoa, Damasus Sumpada Mite, mengatakan ide penerbitan buku berawal dari kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Guru menginginkan karya siswa dibukukan.
Semua karya tidak serta merta dibukukan. Karya-karya para peserta didik melewati proses seleksi yang dilakukan oleh guru. Dan ada proses bimbingan sebelum penerbitan.
“Ini sejalan dengan program pemerintah saat ini, bagaimana menghidupkan literasi dalam lingkungan sekolah,” kata dia kepada Ekora NTT, Sabtu 8 November 2025.
Tulisan-tulisan dalam buku Masa Kecil, Rumah, dan Kotagoa memuat pengalaman sederhana tentang kehidupan para siswa. Penggunaan bahasa juga ringan dan sederhana demi memantik semangat literasi di sekolah.
“Ini sangat penting, agar karya siswa bisa terdokumentasi dan menjadi motivasi bagi siswa lain,” tambahnya.
Penerbitan buku ini bukan yang pertama. Sebelumnya, SMPK Kotagoa sudah menerbitkan Warta Kotagoa, buku berisi kumpulan puisi, cerita pendek, dan pengalaman pribadi siswa.
Pendamping kelompok membaca dan menulis SMPK Kotagoa, Alfianus Nggoa, menegaskan pentingnya proses kreatif di balik penerbitan buku tersebut.
“Kurang lebih satu tahun kami bekerja sebelum akhirnya dilauching, memang ini bukan pekerjaan mudah, apalagi para siswa mulai dari nol,” kata dia.
Sebagai pengelola Pondok Baca Mataleza, Alfianus mengaku bahwa komitmennya di sekolah adalah membangun budaya membaca dan menulis yang kuat. Dukungan dari pihak sekolah membuat upaya itu semakin berkembang. Ia menekankan pentingnya budaya literasi untuk membentuk cara berpikir kritis siswa.
“Sayang juga ketika apa yang mereka baca tapi tidak dituangkan dalam bentuk tulisan dan dikemas dalam bentuk buku,” ujarnya.
Menariknya, seluruh karya dalam buku ini ditulis tangan oleh para siswa sebelum diketik ulang untuk proses penerbitan. Hal ini menjadi bagian dari latihan kedisiplinan dan ketekunan dalam berkarya.
Salah satu siswi kelas IX, Jasmine Wea, mengaku tidak menyangka dirinya terpilih menjadi kontributor dalam buku tersebut.
“Awal saat diinformasikan kalau saya terpilih menjadi salah satu penulis,” tutur Jasmine.
“Dalam buku ini saya menulis pengalaman pribadi saya di rumah, di mana saat saya menempuh pendidikan di sekolah ini, orang tua saya juga berjuang melawan penyakit yang dialami adik saya,” ujarnya.
Ia berharap kegiatan menulis dan membaca di sekolah terus dipertahankan. Dengan begitu, peserta didik memahami diri, lingkungan, dan nilai-nilai kehidupan di sekitarnya.













