45 Persen Anak Migran di Ruteng Hanya Makan Dua Kali Sehari

Ia mengatakan, lebih dari 80 persen siswa sekolah menengah di Ruteng adalah anak migran, dan 61 persen di antaranya berusia di bawah 18 tahun.

Ruteng, Ekorantt.com – Karya Kemanusiaan Weta Gerak Ruteng, lembaga yang bernaung di bawah Yayasan Gembala Baik Indonesia, menemukan 45 persen anak migrasi di kota Ruteng, Kabupaten Manggarai hanya makan satu hingga dua kali sehari.

“40 persen secara teratur tidur dalam keadaan lapar, 25 persen bertahan hidup dengan uang sangat terbatas,” kata Suster Flora Nirmala Bude, Kepala Unit Karya Sosial Kemanusiaan Weta Gerak dalam deklarasi Kelurahan Rowang sebagai kelurahan ramah anak migrasi pada Senin, 24 November 2025.

Kemudian dari aspek perlindungan, 97 persennya mengalami satu atau lebih bentuk kekerasan, 70 persen mengalami kekerasan fisik, dan 28 persen mengalami kekerasan online. Sedangkan 20 persennya tidak pernah melaporkan kekerasan karena rasa takut dan malu.

Ia mengatakan, lebih dari 80 persen siswa sekolah menengah di Ruteng adalah anak migran, dan 61 persen di antaranya berusia di bawah 18 tahun.

Yayasan Gembala Baik, katanya, melakukan penelitian terhadap 671 siswa dari lima sekolah dengan hasilnya menunjukkan situasi yang sangat perlu mendapatkan perhatian serius.

“60 persen anak migran tinggal di asrama pribadi yang tidak diatur, 20 persen tidak memiliki pengawasan orang dewasa yang bertanggung jawab, 50 persen tinggal di fasilitas campuran gender dengan langkah keamanan yang tidak memadai, dan 1.147 kamar sewa teridentifikasi tanpa standar keamanan dan pengawasan dari sisi pemenuhan kebutuhan dasar,” sebutnya.

Suster Flora menilai angka-angka ini menunjukkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi anak-anak migran. Dengan kondisi itu, kelurahan memiliki peran strategis sebagai garda terdepan dalam perlindungan anak.

Lurah Rowang, Felko Magur mengatakan, wilayahnya menjadi rumah bagi banyak anak-anak migran yang berada dalam posisi rentan sebagai kelompok minoritas.

“Tujuan utama dari ini untuk melindungi hak-hak anak dan mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak, khususnya bagi anak-anak migran ini,” tutur Felko yang kelurahannya sudah dideklarasi sebagai ramah anak migrasi.

Ia menambahkan, pemerintah kelurahan ingin memastikan tidak ada satu pun anak yang merasa terasingkan atau kehilangan haknya.

“Kita telah memetakan lokasi dan kondisi tempat tinggal anak-anak migran untuk memastikan intervensi yang tepat sasaran,” ujarnya.

Selain pemetaan, Kelurahan Rowang juga memperkenalkan aplikasi aduan kekerasan berbasis digital.

“Kami bangga memperkenalkan R-Respon atau Rowang Responsif Aduan Kekerasan terhadap Anak),” kata Felko.

Aplikasi tersebut dirancang untuk memastikan setiap laporan kekerasan terhadap anak dapat ditangani dengan cepat, responsif, dan tetap menjaga kerahasiaan pelapor.

Felko menyebut pemerintah kelurahan juga telah menyalurkan bantuan sosial kepada anak-anak kos sebagai bentuk ajakan untuk menjadi bagian dari keluarga besar Kelurahan Rowang.

“Mereka bukan orang luar, mereka adalah anak-anak kita. Dan tentu saja masih banyak kegiatan yang sudah, sedang, dan akan kami selenggarakan ke depan,” katanya.

Ia berharap model program ramah anak migrasi yang diluncurkan dapat menjadi contoh bagi kelurahan-kelurahan lain di Langke Rembong.

“Mari kita jadikan Kota Ruteng sebagai contoh nyata lingkungan yang aman, nyaman, dan ramah bagi setiap anak, tanpa terkecuali,” ajaknya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img