Ruteng, Ekorantt.com – Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Manggarai bersama sejumlah lembaga memberikan edukasi bahaya HIV/AIDS di tiga sekolah menengah di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember.
Sekretaris KPAD Manggarai, Kosmas Takung mengatakan, sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan pemahaman remaja terkait risiko dan pencegahan HIV/AIDS.
Ia mengatakan, kelompok usia muda merupakan kelompok yang cukup rentan, sehingga perlu dibekali pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya perilaku berisiko.
“Pemerintah terus mendorong masyarakat, khususnya pelajar agar tidak takut melakukan pemeriksaan HIV,” ujarnya.
Kosmas menambahkan, pemerintah menjamin ketersediaan obat antiretroviral (ARV) secara gratis di fasilitas kesehatan sesuai mandat regulasi nasional. Obat tersebut harus dikonsumsi setiap hari secara teratur. Bila tidak, virus dapat meningkat kembali dan memperburuk kondisi pasien.
Ia juga menyoroti masih adanya pasien yang berhenti minum obat atau drop out karena berbagai alasan, termasuk kendala transportasi untuk mengambil obat di rumah sakit.
“Padahal keberlanjutan pengobatan menjadi faktor penting bagi kesehatan orang dengan HIV,” kata Kosmas.
KPAD Manggarai mencatat sejak 2013 hingga Agustus 2025 terdapat 535 kasus HIV/AIDS di wilayah Manggarai Raya, yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
“Data ini mencakup pasien yang melapor dan rutin mengambil obat, sementara jumlah sebenarnya diperkirakan bisa lebih tinggi karena masih ada kasus yang belum terdeteksi maupun belum melapor,” jelasnya.
Ia menyebutkan kasus HIV di Manggarai banyak ditemukan pada kelompok usia produktif, yakni 25–49 tahun. Penyakit ini juga ditemukan pada berbagai profesi, mulai dari pelajar, ibu rumah tangga, pekerja swasta hingga pekerja informal.
“Tantangan terbesar dalam penanganan HIV adalah stigma yang masih melekat kuat di masyarakat.”
Kosmas meminta masyarakat tidak langsung menuduh seseorang hanya karena melihat gejala yang mirip HIV.
Ia mengajak warga memberikan dukungan agar yang bersangkutan segera memeriksakan diri tanpa rasa takut atau malu.
“Kami terus melakukan sosialisasi dan edukasi di sekolah, desa, dan berbagai komunitas. Teknologi digital juga digunakan sebagai sarana edukasi dan pertukaran informasi mengenai gejala, pencegahan, dan penanganan HIV/AIDS,” kata Kosmas.
Kepala SMK Sadar Wisata, Wihelmus Bastian berharap para siswa dapat memahami penyebab dan dampak penyakit tersebut.
“Kami berharap peserta yang ikut dapat membagikan ilmunya kepada teman-teman lain ataupun masyarakat umumnya,” ucapnya.
Ia menambahkan, sosialisasi internal tentang HIV/AIDS telah dilakukan melalui kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
“Kemudian kita programkan tahun 2026 ini nanti diadakan lagi sebelum siswa melaksanakan praktik kerja lapangan,” tutupnya.
Lembaga-lembaga yang terlibat antara lain Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Manggarai, Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) SVD Ruteng, Kopdit Spirit Soverdia, Kopdit Florette, dan sejumlah lembaga lainnya. Sosialisasi dilakukan di SMK Sadar Wisata, SMK Santu Petrus, dan SMK Binakusuma.













