Bajawa, Ekorantt.com – Pemerintah Desa Wawowae, Kabupaten Ngada melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Watu Ata menyerap kopi para pertani. Kebijakan itu mencegah praktik tengkulak yang membeli kopi petani dengan harga murah.
“Kami berharap bisa berdampak pada ekonomi masyarakat,” ujar Kepala Desa Wawowae, Leonardus Seso, kepada wartawan baru-baru ini.
Leonardus menyebutkan 99 persen masyarakat di desa memiliki kebun kopi jenis Arabika Flores Bajawa (AFB). Produksi kopi di desa itu per tahun mencapai 200 ton di atas lahan 152 hektar.
“Pemerintah desa beli Rp120 ribu per kilogram untuk grade satu. Sedangkan kopi kering satu kilogram Rp95 ribu,” kata Leonardus sambil menambahkan, pemerintah desa memfasilitasi ekspor 10 ton kopi ABF ke Australia pada 2025.
Tidak hanya menyerap kopi, Leonardus bilang, desa juga turut memberdayakan dan memberi bantuan dana kepada petani untuk perawatan tanaman kopi.
Meskipun demikian, dampak perubahan iklim, jumlah produksi kopi petani menurun selama beberapa tahun terakhir.
“Belum lagi sombar kopi yang banyak mati. Kita coba usahakan pakai sengon, tapi persoalan lain akar sengon bikin rusak kopi,” ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah itu, pihaknya berkolaborasi dengan sejumlah pihak termasuk Pendamping Program TEKAD (Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu) untuk melakukan berbagai upaya perbaikan.
Leonardus mendorong petani konsisten merawat kopi. Petani juga diminta tidak melakukan alih fungsi lahan kopi ke tanaman lain.
“Di sini kita juga siapkan sanksi bagi masyarakat mengalih fungsi lahan kopi akan tidak melayani kepentingan administrasi desa. Ini hasil kesepakatan bersama,” kata Leonardus menandaskan.













