Jeriken Berjejeran di Limpasan Wae Musur

Borong, Ekorantt.com – Sepanjang hari pada Jumat (25/9/2020), tampak ratusan jeriken berjejer di sisi barat limpasan sungai Wae Musur, Desa Satar Lahing, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur.

Terlihat juga satu truk, dengan dua viber  berukuran 1500 liter di atasnya, hampir sepanjang hari mendatangi sungai itu.

Orang tua, remaja dan anak-anak tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang mencelupkan jeriken agar terisi air. Ada yang cuci pakaian. Dan ada juga yang datang hanya sekadar untuk mandi.

“Hampir setiap hari kami datang di sini untuk timba air minum, mandi dan cuci pakaian,” cerita Hendra Sule, salah satu warga, saat berbincang-bincang dengan Ekora NTT di limpasan sungai Wae Musur, Jumat siang.

Menurut Hendra, ia dan ratusan warga lain di Desa Satar Lahing terpaksa menempuh perjalanan 2-4 kilo meter menuju sungai itu, demi mendapatkan air.

“Kalau musim kemarau begini, air keran di kampung tidak jalan,” tuturnya.

Anak-anak Satar Lahing berjalan kaki sekitar 2 Km menuju sungai Wae Musur.

Hendra datang ke sungai itu bersama istrinya. Ada belasan jeriken bergantungan di bagian belakang sepeda motornya.

Di bagian depan ada tas berukuran besar, berisi pakaian yang hendak dicuci.

Hendra dan ratusan Kepala Keluarga lain di Satar Lahing yang mayoritas petani itu, terpaksa harus rela mencopot sebagian waktu kerja mereka pada pagi atau sore hari agar bisa mengambil air untuk kebutuhan rumah tangga.

“Kalau tidak dapat kendaraan, ada yang pakai pikul jeriken menuju kampung,” tutur Hendra.

Menurut Hendra, jika mereka ingin membeli air yang dijual pakai mobil, maka harus menyiapkan Rp300 ribu untuk 3000 liter air.

Sedangkan, kalau menyewa ojek untuk mengangkut air, per jeriken 30 liter, mereka harus bayar Rp5000.

Hendra mengatakan, pemicu utama krisis air di desanya adalah debit air yang dialirkan melalui jaringan perpipaan, berkurang saat musim kemarau.

Seorang anak sedang mengatur jeriken yang sudah terisi air di limpasan sungai Wae Musur.

Hal senada juga disampaikan oleh Gregorius Kaing, warga sekampung Hendra.

Ia megaku rela melepaskan separuh waktu kerjanya hanya demi mendapatkan air.

“Semoga pemerintah bisa memperhatikan kondisi kami masyarakat Satar Lahing yang selalu kekurangan air minum,” pintah Gregorius.

Persoalan krisis air bersih tidak hanya terjadi di desa-desa di Manggarai Timur. Di Borong, ibu kota kabupaten itu juga, persoalan yang sama selalu dialami masyarakat.

AR/Ekora NTT

spot_img
TERKINI
BACA JUGA