Mimpi Masri Urus, Marajut Asa di Luar Pagar

Labuanbajo, Ekorantt.com – Aktifitas mengurus bunga kini tak sekadar jadi barang pajangan penghias rumah atau dekorasi ruangan. Justru dari hobi mengurusi bunga dapat mendatangkan rejeki bagi ekonomi keluarga dan juga orang lain. Itulah alasan Marselinus Masri Urus (46) menggeluti usaha tanaman hias, Taman Fernando Asri Lancang (TFAL).

Masri Urus memulai usahanya dengan memanfaatkan pekarangan rumah yang berlokasi di Lancang, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, sejak 2004 silam

“Bunga – bunga ini didatangkan dari Jawa, Kalimantan, Sumatra. Secara keseluruhan ada 375 jenis bunga di sini. Ada juga tanaman lokal seperti kadaka dan pakis,” ujar suami Teresia ini saat ditemui Ekora NTT, Kamis (29/4/2021).

Tanaman bunga milik Marsi Urus. (Foto: Sandy Hayon/ Ekora NTT)

Masri menuturkan, kecintaanya terhadap tanaman hias sejak ia mengenyam pendidikan tinggi di Jawa tahun 1990-an. Usaha itu terus berlanjut saat kembali ke kampung halaman, Labuan Bajo 2004 silam.

Baginya belajar tanaman itu butuh proses. Ada nilai lebih. Tergantung bagaimana menjalankannya. “Belajar tanaman hias ada proses. Selain indah, kita juga mendapatkan hal plus berupa oksigen. Melakukan seperti ini tidak terlepas dari hal yang mungkin orang menilai menjijikan, misalnya kita memanfaatkan kotoran ternak untuk menjadi pupuk,” ngkapnya.

Pria yang pernah bekerja sebagai Humas Bandara Komodo tahun 2019 ini mengatakan, untuk melakukan semua itu perlu ketekunan dan ketabahan hati. “Manfaatkan potensi yang ada. Sabar dan tetap tekun. Pasti bisa,” katanya.

Masri berujar, tanaman hias itu tidak hanya dijual tetapi dirental sesuai keinginan konsumen. Sekali rental tanaman hias itu dibanderol harga senilai Rp.50.000 per pot.

“Kalau bunga yang paling mahal di sini Anthurium Jemani harganya 15 juta – 60 juta. Dulu saya beli dua helai daun kecil 150.000. Anggrek senilai Rp. 750.000. Bonsaicendrawasih 5 juta – 10 juta,” bebernya.

Selama ini aku Masri, ia membangun mitra dengan pegusaha hotel, bank, dan pemerintah setempat. “Dulu di Hotel Inayabay 75 pot. Kalau di BRI, BNI juga pernah itu harganya 150.000 per pot per hari. Kalau mini garden itu senilai 5 juta-15 juta. Dekorasi pesta, 10-15 juta,” beber Masri.

Meski dari usahanya Masri mendapat profit, namun belum lengkap jikalau tidak berbagi dengan orang lain. Ia mengaku ada banyak suara dan ratapan harapan di luar pagar bunganya.

“Yang di luar pagar itu, kaum lemah, lansia, janda, remaja yang butuh pendampingan, dan kelompok usaha UKM yang membutuhkan sentuhan. Saya gabung dengan komunitas ini. Bukankah hidup harus bermakna bagi orang?. Hidup ini hanya sementara,” pungkasnya.

Komunitas lansia Labuan Bajo

Pria dua anak ini mengatakan, dari lansia ia belajar pentingnya menilai hidup. Mereka adalah pahlawan. Kepada para janda ia juga memberikan motivasi, penguatan dan menjembatani kepentingan mereka dengan pengusaha dan pemangku kebijakan.

Itu dilakukan agar para janda yang tersisihkan dari kehidupan sosial masyarakat, mendapat ruang dan tempat seperti orang lain.

“Saya memberi motifasi kepada mereka tentang pentingnya menilai hidup. Saya juga menjebatani mereka untuk kelangsungan hidup mereka. Misalnya ada janda usaha makan, atau minuman saya siap menjebatani itu. Nanti kita sama-sama pergi melihat langsung,” pungkasnya.

Selain lansia dan janda, Masri juga memberi perhatian untuk para ABG di Kota Labuan Bajo. Ia membekali mereka dengan pendikan karakter, juga membangun perekonomian di masa depan.

“Saya juga menjembatani mereka untuk mendapatkan pekerjaan dan menciptakan pekerjaan baru,” ungkapnya.

Masri berpesan, kaum milenial Labuan Bajo jangan menyerah untuk memulai berbuat dan mendiskusikan hal positif. Baginya, komitmen, sinergisitas yang berkesinambungan adalah hal penting agar generasi Mabar tidak menjadi penonton di tanah sendiri.

“Berani mendobrak dengan kreasi dan inovasi. Sampai kapan kita menungu dan menerima?. Kita harus memberi mulai melakukan tanpa mengabaikan budaya kita. Karena itu jati diri kita. Jangan pernah tinggalkan sejarah,” tegasnya.

Masri juga berharap Pemda mengoptimalkan taman kota sehingga bisa memberikan dampak bagi pelaku usaha di Labuan Bajo. Selain itu pemerintah membuat regulasi yang jelas.

“Kalau sudah dioptimalkan maka akan ada pemberdayaan UKM dan kreasi anak-anak muda Labuan Bajo. Saya pikir Pemda bisa menjebatani kepentingan pengusaha-pengusaha lokal kita,” ujar Masri.

Sandy Hayon

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img