Oleh: Maksi Mari*
“Ngai sia mata dara“. Begitu spirit Kabupaten Ende yang diusung Almarhum Bupati Marsel Petu dalam mengembalikan dan mempertahankan Kabupaten Ende sebagai kota pelajar.
Hari ini adalah sebuah momen yang tepat bagi kita untuk merefleksikan kembali apa saja yang sudah dikerjakan dengan baik dan apa saja yang perlu diperbaiki. Lembaran baru pendidikan Kabupaten Ende, transformasi atau berjalan di tempat?
Menjadi refleksi kita, apakah wajah pendidikan kita tetap menjadi kebanggaan dan mengharumkan nama Kota Ende yang dikenal pusat pendidikan atau kota pelajar itu?
Ketika misi mulia Almarhum Marsel Petu, melalui visi misinya yang tertuang di dalam RPJMD apakah wajah pendidikan kita hari ini seperti filosofi dasar mimpi sang kapten wajah pendidikan kita hari ini?
Justru pada hari pendidikan hari ini, wajah sentral pendidikan kabupaten ini tercoreng karena kehilangan atau raibnya uang 250 juta rupiah dan indikasi korupsi atau penyalahgunaan wewenang dana BOS. Yang lebih menghebohkan lagi, oknum ASN dinas P dan K melakukan tindakan pengancaman terhadap wartawan.
Sangat ironis memang wajah pendidikan yang diharapkan mengedepankan nilai edukatif, dimulai dari lembaga pusat pendidikan sebagai pribadi teladan namun bentuk tindakan, perilaku sangat tidak memberikan cahaya dari kegelapan, “habis gelap terbitlah terang”.
Wajah pendidikan kita hari ini ditutupi masker Covid dan tergerus banjir bandang badai siklon yang ditandai tumbangnya patung pelajar simbol kota sejarah pendidikan NTT. Tentu saja mengikis sendi-sendi suri keteladanan dan guru yang baik dan mulia dalam dunia pendidikan, justru itu terjadi di lembaga sentral pendidikan kita.
Dalam rangka merefleksikan hari pendidikan, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, dalam Naskah pidato dalam rangka Hardiknas 2021 menekankan poin transformasi.
Transformasi yang dimaksud Nadiem adalah tetap bersandar pada sejarah bangsa, dan juga keberanian menciptakan sejarah baru yang gemilang.
Nadiem menginginkan anak-anak Indonesia menjadi pelajar yang menggenggam teguh falsafah Pancasila, pelajar yang merdeka sepanjang hayatnya, dan pelajar yang mampu menyongsong masa depan dengan percaya diri.
“Karenanya, kementerian ini secara konsisten terus melakukan transformasi pendidikan melalui berbagai terobosan Merdeka Belajar,” kata Nadiem.
Empat upaya perbaikan, kata Nadiem, terus Kemendikbudristek kerjakan bersama berbagai elemen masyarakat. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan pendidikan. Ketiga, perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya. Keempat, perbaikan kurikulum, pedagogi, dan assessment.
Kita berharap dari empat upaya perbaikan dari pusat dipadu-padankan dalam misi “ngai sia mata dara” bisa diterjemahkan oleh komponen pemerintahan kita, terkhusus yang menduduki pimpinan di dinas pendidikan. Memimpin dengan spirit yang kuat bukan karena aji mumpung namun mengembalikan Kabupaten Ende sebagai kota pelajar yang namanya mengharumkan sejagat bumi Flobamora.
* Penulis adalah Anggota Forkoma PMKRI Ende