Maumere, Ekorantt.com –Kondisi alam Nusa Tenggara Timur yang umumnya kering memang membutuhkan kreativitas tinggi untuk mengolahnya. Salah satu sosok anak muda milenial asal Kabupaten Sikka, Yance Maring membuktikan bahwa kondisi alam bukan jadi halangan untuk mencoba.
Usai menamatkan kuliah, Pemuda lulusan D3 Politeknik Negeri Kupang ini pun memilih kembali ke Maumere dan mulai melakukan berbagai eksperimen untuk mengembangkan irigasi tetes di atas lahan seluas satu hektare yang dikontraknya.
Ia bahkan mengembangkan sistem irigasi tetes menggunakan smart farming irrigation system. Sistem ini berbeda dengan sebelumnya yang hanya menggunakan selang irigasi sederhana, sehingga airnya tidak stabil.
“Akhirnya ia membeli alat rakitan alumni ITB yang dinamakan modul SMS dan solenoid valve yang merupakan keran otomatis untuk bisa dihubungkan ke timer dan internet menggunakan data handphone,” ujarnya.
Menurutnya, metode baru yang digunakan itu, bisa mengendalikan sistem pengairan, sensor NPK tanah, sensor PH tanah, sensor kelembaban tanah, sensor suhu, sensor water level, dan sensor flow water semua yang dikendalikan dalam satu aplikasi android.
“Saat ini, saya menggunakan Smart Farming Drip Irrigation System. Sistem ini jauh lebih efektif dan efisien agar mampu mendapatkan hasil panen yang maksimal,” kata jelas Yance.
Diskusi Pengembangan
Melihat praktik pertanian cerdas ini, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengadakan diskusi terkait pengembangan smart farming bersama petani milenial di Kabupaten Sikka, Yance Maring, akhir April 2021 lalu.
Diskusi yang berlangsung di Aula Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Sikka itu menghadirkan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendes PDTT, Samsul Widodo, Tim Program Transformasi Digital Kemendes PDTT, Ines Handayani, Petani Milenial Kabupaten Sikka, Yance Maring, Tim Kemenko Perekonomian, Tim Bakti Telkom, dan Bakti Kominfo.
Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendes PDTT, Samsul Widodo mengatakan, dirinya tertarik dengan teknologi pertanian yang dikembangkan Yance Maring yakni Drip Irrigation System (sistem irigasi tetes).
“Saya memang sejak dulu tertarik dengan NTT. Jadi ada banyak hal yang kita perlu eksplore dan mengembangkan bisnis di sini seperti Drip Irrigation System ini. Teknologi ini wajib dan harus kita dukung bersama,” ujarnya.
Menurut Widodo, sistem irigasi tetes merupakan teknologi pertanian yang cocok dan menjadi solusi untuk pertanian di Provinsi NTT.
“Bagi saya, bukan teknologinya melainkan ini digerakkan oleh anak muda. Sehingga harapan kami, ini adalah sebuah kebangkitan anak-anak muda di NTT khususnya di bidang pertanian. Apalagi dengan adanya teknologi ini mereka akan lebih menikmatinya ketimbang harus mencangkul dan menyiramnya dengan tangan,” terangnya.
Widodo mengatakan bahwa Tim Kemenko Perekonomian juga punya perhatian soal bagaimana mengembangkan pasar.
“Kita juga akan undang beberapa pihak yang mempunyai bisnis sejenis. Tujuannya mereka bisa berbagi pengalaman bersama Yance,” jelasnya.
Menurut Widodo, pihaknya akan melakukan kegiatan ini secara bertahap sehingga dapat menemukan sebuah model bisnis yang pas untuk Yance Maring. Dengan harapan bisa menjadi tumbuh besar dan berkelanjutan.
Terkait minimnya perhatian pemerintah, Yance diminta untuk tidak boleh bergantung kepada pemerintah. Ada atau tanpa dukungan pemerintah, usaha ini harus tetap berjalan.
“Kami juga akan mendampinginya dan mendukungnya dengan tenaga ahli untuk bisa mengembangkan bisnisnya, mengembangkan jaringan mereka, dan menghubungkan mereka dengan pasar. Jadi, riilnya itu yang akan kami lakukan,” jelasnya.
Pendampingan yang dilakukan, kata Widodo, akan dilakukan secara bertahap mengingat belum ada formula yang pas untuk melakukan pengembangan usaha Yance Maring.
Apresiasi
Sementara itu, Tim Program Transformasi Digital Kemendes PDTT, Ines Handayani mengapresiasi teknologi sistem irigasi tetes yang dikembangkan oleh Yance Maring.
“Yance Maring juga sangat luar biasa karena sudah memulai merintis Smart Farming. Karena pada umumnya isu di NTT dan juga sebagian besar wilayah di Indonesia Timur adalah air sehingga Smart Farming bisa menjadi sebuah solusi yang baik, ” ungkapnya.
Lanjut Ines, isu ketahanan pangan, gizi, stunting, dan yang lainnya juga demikian. Produksi pertanian hatus diperkuat.
“Jadi, Yance sebagai founder harus yakin dengan cita-citanya. Dia juga harus banyak belajar banyak networking. Dan ada baiknya pemerintah jangan biarkan Yance Maring berjalan sendiri,” ujar Ines.
“Analoginya seperti kita sedang menyemai tanaman muda, dia perlu perhatian yang cukup, perlu nutrisi dan juga air. Tidak bisa dibiarkan tumbuh harus bersaing dengan rumput liar. Jadi jangan biarkan Yance berjalan sendiri,” tambah Ines.