Berkah Liburan a la Pasar Nduaria

Nduaria, Ekorantt.com – Yati Dete tampak sibuk melayani beberapa pembeli di lapak jualannya. Tawar-menawar terjadi. Transaksi dilancarkan.

Meskipun raut wajahnya tampak lelah, Yati tetap serius dan bersemangat melayani siapa saja yang bertandang ke tempatnya. Yati menjual buah dan sayuran, semisal wortel, jeruk, kol, sawi, dan pisang.

Yati Dete merupakan salah satu dari puluhan penjual yang bergiat di pasar tradisional Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Di sebelah Yati, ada juga lapak Mama Yovi dengan barang jualan yang hampir tak jauh berbeda.

Namun, berdasarkan pantauan Ekora NTT, nyaris tak ada persaingan di antara para penjual di situ. Yang ada hanyalah ketika pembeli berbelanja pada seorang penjual, penjual lainnya juga akan ikut menawarkan barang mereka. Tapi mereka tak pernah memaksa.

Biasanya, pasar Nduaria ramai pada bulan Juni hingga Juli tiap tahunnya. Momen liburan, pesta sekolah di kampung-kampung juga acara-acara rakyat menjadi beberapa alasan yang membuat pasar ini diserbu. “Banyak orang yang datang belanja di sini, apalagi musim libur,” ujar Yati Dete kepada Ekora NTT.

Saat-saat seperti ini, Yati, Mama Yovi dan penjual-penjual lainnya harus memasok banyak barang. Kebutuhan konsumen bakalan tinggi. Tentu saja mereka telah memprediksi itu. “Kami sudah antisipasi dan memang kalau lagi liburan banyak yang singgah beli,” tambah Mama Yovi.

Para pembeli pun datang dari berbagai macam daerah di Flores, termasuk para wisatawan baik lokal maupun internasional.

Pasar Nduaria memang terkenal dengan hasil pangannya yang segar-segar. Buah dan sayurannya yang beragam biasa dijadikan oleh-oleh ataupun kenang-kenangan bagi siapa saja yang melintasi ruas jalan negara Ende-Maumere.

Pasar yang terletak di pinggir jalan ini buka dari pukul tujuh pagi dan biasanya berhenti beraktivitas pada pukul sembilan malam.

Salah seorang pembeli bernama Tarsi menuturkan kekagumannya terhadap suasana yang terjadi di pasar Nduaria. Menurutnya, salah satu daya tarik dari pasar ini ialah ibu-ibu penjualnya yang selalu mengenakan kain sarung tradisional Ende/Lio.

“Kalau sore hari, aktivitas mereka itu punya kesan tersendiri bagi saya. Mereka masih tetap menjaga kearifan lokal,” pungkasnya. Tarsi membeli sayur kol dan buah jeruk untuk dibawanya ke Maumere.

Sementara itu, menurut pengakuan Yati, dalam sehari mereka bisa memperoleh penghasilan sekitar dua ratus ribu rupiah. Dan bila pengunjung lagi ramai, pendapatan mereka bisa menjangkaui lima ratus ribu rupiah.

Meskipun begitu, Yati Dete dan Mama Yovi mesti bekerja keras mengolah kebun mereka agar bisa menghasilkan bahan-bahan makanan sesuai kebutuhan pelanggan. Mengenai ini, mereka telah membagi tugas dengan anggota keluarganya yang lain.

Biasanya, suami mereka telah menyiapkan barang dagangan pada malam harinya sehingga aktivitas di pasar tetap jalan terus. Apalagi pasar Nduaria sendiri selalu buka setiap hari.

Nah, sekarang musim liburan telah di depan mata. Sudahkah Anda berbelanja ke pasar Nduaria?

spot_img
TERKINI
BACA JUGA