Maumere, Ekorantt.com – Pegiat Pariwisata Sikka, Elisia Digmadari meminta instansi terkait untuk menata proyek pengamanan pantai berupa breakwater (pemecah gelombang) Pantai Paris di Lokaria, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
Diketahui, Pantai Paris saat ini menjadi tempat wisata akhir pekan yang murah meriah, mudah dijangkau dan perlahan ditata dengan baik sembari memperhatikan unsur estetikanya.
“Untuk menggaet pengunjung atau wisatawan, butuh penataan yang baguslah biar ada unsur estetikanya. Apalagi sepanjang Pantai Paris bertaburan restoran, homestay dan cafe,” ujar Elisia kepada Ekora NTT, Senin (18/7/2022).
Selama ini, lanjut Elisia, para pengunjung hanya datang untuk beraktivitas seperti lari pagi dan mandi-mandi dan beberapa nelayan lokal memancing atau buang pukat serta bakar ikan di pesisir.
Ia menyarankan kepada instansi terkait untuk menata lebih bagus lagi sehingga ada atraksi bahari seperti aktivitas wisatawan mancing di turap.
“Saya yakin kalau ditata dengan baik akan menggaet wisatawan sebanyak-banyaknya untuk beraktivitas di sana,” tegasnya.
Terkait berjejernya cafe dan restoran di Pantai Paris, Elisia meminta instansi terkait untuk terus-menerus mengedukasi pemilik tidak membuang limbah di pantai.
“Kadang tamu atau pengunjung mau mandi tapi airnya kotor sekali,” katanya prihatin.
Senada dengan Elisia, pelaku pariwisata Ben Marianus bilang, hadirnya breakwater Pantai Paris membantu usaha masyarakat pinggir pantai karena mereka merasa sangat nyaman, jauh dari perasaan takut akan abrasi dan amukan gelombang seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Ada peluang bisnis yang sangat menjanjikan keuntungan karena minat masyarakat untuk meencari kuliner sambil berwisata yang murah dan mudah ada di depan mata,” ungkap Ben.
Terkait limbah, saran Ben, pemerintah harus mendesain teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan berupa septictank dan sumur resapan di tempat wisata.
Sementara Sekretaris Disparbud Sikka Even Edomeko kepada Ekora NTT mengapresiasi swadaya warga mengembangkan usaha pariwisata.
“Pariwisata harus menjadi milik masyarakat bukan investor. Dinas Pariwisata akan terus mengedukasi para pengelola tentang bagaimana mengelola usaha pariwisata yang ramah lingkungan, higienis, dan aman,” jelas mantan Camat Nele ini.
Pihak Dinas Pariwisata, tambahnya, akan berkoordinasi dengan camat, lurah, dan desa serta melibatkan organisasi pariwisata lainnya agar usaha pariwisata ini tumbuh dari bawah yakni masyarakat sendiri.
“Selama ini program pariwisata dari atas sering menuai kegagalan. Kita berusaha pariwisata ini tumbuh dari swadaya masyarakat itu sendiri sehingga ada rasa memiliki,” tutupnya.