Bajawa, Ekorantt.com – Monika Ngadha menampakan wajah sumringah kala memamerkan tenun ikat karya ibu-ibu Rumah Tenun Indigo Ikat Langa saat Wolobobo Ngada Festival (WNF) tahun 2022.
Festival yang mengangkat tema tenun, bambu dan kopi itu berlangsung di Taman Kartini, Bajawa.
Nenek berusia 76 tahun itu juga dilibatkan dalam festival itu karena dipandang sebagai penjasa penenun bersama sembilan ibu-ibu lainnya. Mereka ditempatkan di salah satu stand, bagian sisi kanan panggung utama.
Monika nampak sangat bahagia saat itu. Kebahagiaan dia karena mendapatkan perhatian pemerintah di sisa umurnya.
“Senang hadir di sini,” ujar Monika dengan senyum khasnya.
Ia memakai busana etnis Bajawa dan mengenakan sebuah wadah penyimpan sirih pinang (bere) saat pameran tenunan di Taman Kartini. Kepalanya dililit kain berdiameter kecil berwarna merah, matching dengan balutan tenun ikat yang dominasi berwarna biru.
Di balik balutan busana daerah, kecantikan Monika terbilang termakan usia. Kulit yang dulu lembut kini sudah nampak keriput bernoda hitam, bola matanya pun mulai mengabur.
Meski sudah tergolong sebagai usia lanjut, nenek asal Langa, Desa Beja itu masih dipercayai sebagai Ketua Kelompok Tenun Indigo Ikat. Sebab, ia dianggap sebagai penenun makan garam.
Di balik rupa nenek tamatan sekolah rakyat (SR) tahun 1962 itu saat ini, ternyata memiliki segudang pengelaman menenun di wilayah Bajawa. Bahkan pernah sekali Monika diundang studi banding dan pelatihan menenun ke negara Thailand tahun 2019.
Di sana ia mempelajari pengolahan benang dari serat bambu yang pada akhirnya dikenakan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada 1 Juni 2022.
“Saya bahagia pernah ke Thailand ikut pelatihan dan sharing pengelaman di sana. Lalu, saya juga senang karena pak Jokowi pakai pakaian adat dari buah tangan saya,” katanya.
Monika mulai mengenal tenun sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ia belajar proses pembuatan tenun ikat hingga pertama kali menghasilkan selembar kain motif Bajawa di usia ke-20.
Kegiatan menenun yang ia lakukan mengikuti jejak orangtuanya sebagai warisan leluhur. Baginya, menenun adalah jati diri yang mengangkat harkat dan martabat perempuan Bajawa atau Flores.
“Dulu, seorang gadis kalau sudah menenun berarti dia dibilang dewasa. Standar orang tua dulu memang begitu, termasuk para lelaki juga,” katanya.
Monika bangga, meski di usianya yang sudah tua, ia masih bersemangat menenun. Bahkan ia sering memberikan motivasi kepada perempuan-perempuan di Langa agar tidak meninggalkan kegiatan menenun sebagaimana warisan leluhur.
Tenun Dipakai Jokowi
Monika terbilang satu-satunya warga Bajawa yang pertama kali mengetahui Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana berkunjung ke Ngada.
Hal itu karena ia diminta menenun motif Bajawa yang dikenakan Presiden Jokowi dan ibunya, tiga bulan sebelumnya.
“Saya sudah tahu lebih dulu, karena saya yang menenun motif,” ujar Monika tersenyum.
Meski mengetahui, ia tetap menjaga rahasia agar kehadiran Jokowi di Ngada tidak diketahui banyak orang. Kerahasiaan itu dijaga Monika selama tiga bulan menenun.
“Saya tenun selama tiga bulan dari benang serat bambu. Yang tahu pertama saya, lalu suami dan anak-anak saya. Tapi kami sembunyi rahasia itu,” tutur Monika lantas kembali melempar senyuman ke Ekora NTT.
Ia bercerita, rencana kedatangan Presiden Jokowi ke Bajawa pertama kali disampaikan Bupati Ngada Andreas Paru kepadanya. Bupati Andreas lantas memintanya menenun motif Bajawa menggunakan benang serat bambu dan pewarna alam.
Ada boku, keru, dan lega yang ia siapkan selama tiga bulan sebelumnya. Busana dan askesoris khas Bajawa itu dibeli Bupati untuk dikenakan kepada Presiden Jokowi.
“Saya senang, biar tua tapi ada kenangan penting yang melekat pada diri saya. Saya senang karena Pak Jokowi pakai tenunan saya,” ucap dia terharu.
Presiden Jokowi berkunjung ke Kabupaten Ngada pada 1 Juni 2022 setelah memimpin apel Hari Lahir Pancasila di Ende. Di Ngada, Presiden Jokowi dan Iriana menyerahkan sejumlah bantuan sosial di Pasar Bobou dan meninjau Kampus Bambu Turetogo.