Maumere, Ekorantt.com – Hadirnya Sanggar Tari Sigosiang SMP Seminari Sta. Maria Bunda Segala Bangsa Maumere tahun 2009 silam telah berusaha mengakomodir peserta didik yang memiliki bakat atau talenta dalam bidang tari.
“Selain bertujuan menjawabi kebutuhan anak untuk mengembangkan aspek kenestika di satu sisi kehadiran sanggar mengikutsertakan anak dan lembaga dalam pelbagai ajang tari. Salah satunya adalah Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional ( FLS2N),” ujar Kepala SMP Seminari Sta Maria Bunda Segala Bangsa Maumere, RD Agustinus Pitang kepada Ekora NTT Jumat (27/01/2023).
Dalam perjalanannya, demikian Romo Agus, sanggar ini telah menorehkan cukup banyak prestasi yang tidak hanya membanggakan lembaga pendidikan tapi juga Kabupaten Sikka.
Sederetan torehan prestasi Sanggar Sigosiang selalu menempati urutan pertama. Tahun 2016, 2018, dan 2019 tiga kali tampil sebagai Juara 1 FLS2N. Tahun 2016 tampil dengan Tarian Opa Bura, tahun 2017 Tarian Jarang Kumak Bura, Tahun 2018 Tarian Wair Matang dan tahun 2019 Tarian Teka Iku.
Terhadap pelbagai prestasi yang diraih, akui Romo Agus, semua berkat pendampingan guru tari Maria Ildefonsa Agopyanta (35).
“Sekalipun ibu Ivon adalah guru Bimbingan Penyuluhan tetapi minatnya pada tari mendorong beliau untuk menggeluti tari dan mengajar tari pada anak-anak seminari,” kata Romo Agus.
Romo Agus menambahkan, untuk saat ini ketika sekolah melaksanakan program Sekolah Penggerak, Ibu Ivon dipercayakan menjadi pengajar mata pelajaran Seni Tari.
“Saya memilih Ibu Ivon mengajar seni tari karena bersertifikasi seni tari tapi di sisi lain karena beliau mampu mendampingi anak-anak dengan sangat baik dalam mengolah seni gerak tubuh,” pungkas Romo Agus.
Bangga
Guru Mapel Seni Tari Maria Ildefonsa Agopyanta yang akrab disapa Ivon ini kepada Ekora NTT tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya.
“Juara 1 FLS2N tahun 2017 dengan menampilkan Tarian Jarang Kumak Bura adalah karya tari saya sendiri,” ujar Ivon yang bergabung di Sanggar Benza Maumere tahun 2004 ini.
Jebolan jurusan Bimbingan Konseling FKIP Undana Kupang ini mengungkapkan pengalaman berkeseniannya pernah meraih juara Tarian Solo Virtual yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan.
Selain itu, anak kedua buah kasih Thobias Levi (alm) dan Alexa Bura termasuk salah satu seniman tari yang masuk dalam Program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS).
“Saya juga menjadi penata tari pada beberapa sekolah di Kabupaten Sikka dan pada tahun 2018 menjadi penata tari di Seminari Mataloko dalam ajang Porseni dan meraih juara 1 se-Kabupaten Ngada,” ujar lajang ini bangga.
Mengomentari bakat yang dimilikinya, Ivon mengatakan itu sebagai anugerah yang Tuhan beri secara cuma-cuma.
“Karena anugerah Tuhan ini cuma-cuma maka saya pun perlu membagikan rahmat ini kepada semua orang yang membutuhkan,” terangnya.
Ia pun berpesan bagi agen milenial bahwa seni itu hidup sehingga seni tari juga perlu dihidupkan walaupun dalam zaman yang sudah diwarnai dengan perkembangan IPTEK.
“Mari kita sama- sama menghidupkan bakat tari yang dimiliki dan never give up,” tutupnya.