Ende, Ekorantt.com – Frederikus Ringgi sama sekali tidak berpikir meraup omzet puluhan juta semenjak berbisnis dekorasi. Usaha itu ia garap sejak 2017 dengan meminjam uang Rp20 juta dari koperasi.
Pria yang akrab disapa Exel ini adalah guru di salah satu sekolah swasta di Ende. Ia sadar dari kebutuhan ekonomi keluarga tidak saja datang dari profesinya sebagai guru. Namun, perlu ada tambahan pendapatan dari sektor lain.
Salah satu potensi dari dirinya ialah seni, ia pun terus mengasah bakat itu. Meski dililit kendala modal, Exel tetap menata pilihan usahanya secara perlahan.
Belum lama bisnis dekorasi berjalan, Exel harus ikat pinggang karena dilanda Covid-19. Kebijakan pemerintah berupa pembatasan sosial membuat semua aktivitas berkumpul dan pesta berhenti total.
Exel tetap bertahan hingga awal 2022. Ia pun kembali mendapatkan banyak job dan pesanan. Karena pesanan bertubi-tubi, Exel akhirnya merekrut dan mempekerjakan 12 karyawan untuk ikut membantu.
“Terkadang sebulan bisa enam hingga delapan job acara yang harus kita dekor,” ujar Owner Exsel Decoration itu saat diwawancarai Ekora NTT, Minggu (2/4/2023).
Suami dari Ariesta Bhuka itu menuturkan, hobi ternyata bisa menciptakan lapangan kerja jika dijalani dengan penuh ketekunan.
Salah satu tips yang ia perhatikan selama bisnis itu ialah menjaga dan membangun relasi sosial serta pelayanan sesuai harapan pelanggan.
Pria berusia 33 tahun ini mengkalim saat ini Exsel Decoration telah ada di hati masyarakat Kabupaten Ende. Bahkan, bisnis dekorasi pernah ia layani warga di Maumere, Larantuka, Mbay hingga Bajawa.
Ia menuturkan pada April hingga Desember setiap tahun, Exsel Decoration selalu mendapat pesanan job. Setiap bulan bisa mendapatkan Rp20 juta hingga Rp30 juta. Dari hasil usaha dekorasi itu, ia berhasil membeli rumah dan mobil.
“Asal ada kemauan yang kuat serta kerja keras dan tidak mudah putus asa maka yakinlah kita dikasih rezeki oleh Tuhan. Saya punya 12 orang tenaga kerja dan mereka ada yang bisa kredit motor, itu kepuasan lebih saya. Setidaknya kita sudah buat saudara saudara kita bisa menikmati usaha ini,” ungkap dia.
Meski tergolong telah mapan, pria kelahiran Desa Wolokaro, Kecamatan Ende tersebut terus giat berusaha. Mimpinya adalah membuat karyawannya bisa mandiri.
“Saya bermimpi agar suatu saat karyawan saya bisa mandiri. Saya selalu bilang ke mereka, segala usaha, hobi, kreatifitas dan keahlian yang kita miliki harus dikelola dengan baik agar bisa jadi uang. Kan halal itu, kita harus bisa ciptakan pekerjaan dari potensi apa yang kita miliki asal tidak boleh malu dan selalu tekun,” kata Alumni PJKR UKAW Kupang itu.