Kupang, Ekorantt.com– Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Yosef Rasi mengungkapkan pihaknya telah menurunkan 10 anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke Flores Timur guna membantu penanganan dampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
Ke-10 anggota Tagana tersebut, kata Yos, merupakan anggota Tagana dengan keahlian khusus seperti pelayanan masyarakat (korban), psikososial dan proses evakuasi.
“Kami kirim 11 orang dari Dinsos NTT. Satu dari PNS dan 10 dari Tagana untuk membantu dapur umum dan penanganan psikososial,” ujar Yosef Rasi kepada Ekora NTT pada Kamis, 18 Januari 2024.
Ia mengaku anggota Tagana yang telah dikirim ke lokasi pengungsian berkolaborasi dengan anggota Tagana dari Kabupaten Flores Timur.
Terkait penanganan psikososial, ia menjelaskan Tagana yang berada di lokasi berkolaborasi bersama dengan anggota kepolisian membantu penahanan trauma healing kepada anak-anak.
“Anggota Tagana bersama dengan polisi dan juga anak-anak sekolah memberikan permainan atau hal-hal untuk menghilangkan rasa trauma dari pada dampak itu,” terangnya.
Sebelumnya dikabarkan, Polda NTT juga ikut mengatasi gangguan psikologis warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur dengan kegiatan trauma healing.
Trauma healing sendiri adalah suatu proses pemberian bantuan berupa penyembuhan untuk mengatasi gangguan psikologis seperti kecemasan, panik, dan gangguan lainnya karena lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental yang dimiliki individu.
Mereka yang terlibat dalam misi kemanusian itu ialah Tim Trauma Healing Polwan Ditsamapta Polda NTT dan BKO Polres Flores Timur.
Bantuan psikososial oleh Polda NTT berlangsung di Desa Boru, perbatasan Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, Kamis, 11 Januari 2024.
Ketua trauma healing Aipda Anaharizab Herewila menjelaskan, kegiatan ini merupakan rangkaian upaya pertolongan dan penyelamatan korban bencana alam erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Dalam suasana penuh kepedulian, lebih dari 160 orang pengungsi, termasuk anak-anak, menerima bantuan trauma healing.
Menurut Anaharizab, kegiatan trauma healing ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis, tetapi juga untuk membantu warga mengatasi dampak emosional yang mungkin terjadi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
“Kami ingin memberikan kekuatan dan harapan kepada mereka, bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan ini,” ujar Anaharizab.
Kegiatan trauma healing, jelas dia, mencakup berbagai metode untuk meredakan stres dan trauma, termasuk sesi konseling kelompok, kegiatan kreatif, dan bermain untuk anak-anak. Semua dilakukan dengan penuh kelembutan dan kehangatan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan.
Anaharizab pun mengharapkan dengan kehadiran tim trauma healing Polwan, masyarakat Desa Boru dapat merasakan dukungan nyata dari aparat kepolisian dalam menghadapi masa sulit ini.
“Solidaritas dan perhatian dari Polwan Ditsamapta Polda NTT menjadi bentuk konkret dari semangat gotong-royong dalam bencana alam,” tandasnya.