Dompu, Ekorantt.com – Ferdinandus Man (45), pria asal Pagal, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, NTT mengaku mulai menikmati ‘buah manis’ dari usaha laundry atau mencuci setelah tiga tahun menekuninya, sejak 2021-2023.
Sebelumnya, Ferdinandus Man dan istrinya Reny bekerja pada salah satu hotel di Bali. Namun pandemi Covid-19 membuat keduanya ‘banting setir’.
Pasangan suami-istri itu terpaksa meninggalkan hotel, tempat mereka bekerja selama 12 tahun.
Tahun 2020, Ferdinandus Man memutuskan untuk pulang ke kampung asal istrinya di Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berkat keahlian yang telah dimiliki sang istri, Ferdinandus Man mulai merintis usaha laundry dengan nama Shakila yang berlokasi di Jalan Lingkar Luar, Kelurahan Bali Satu, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Keduanya membuka usaha menggunakan modal uang tabungan selama bekerja di Bali.
Tahun 2021 menjadi tahun penuh sejarah dalam hidup Ferdinandus Man, karena usaha yang baru dirintisnya itu belum memberikan hasil maksimal. Maklum, saat itu belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas.
Waktu terus berlalu, usahanya perlahan dikenal banyak orang. Orderan cucian pun terus berdatangan. Ferdinandus Man dan istrinya kemudian mulai merasa beban kerjanya makin padat.
Merekrut tambahan tenaga dan peralatan kerja menjadi pilihan tepat. Keduanya memutuskan untuk mencari tambahan alat pengering dan tiga orang tenaga kerja guna mengurangi beban kerja mereka.
“Ada cerita panjang untuk pengadaan tambahan alat pengering,” tutur Ferdinandus sembari terus bercerita awal perkenalannya dengan Kopdit Pintu Air, Kamis, 7 Maret 2024.
Bermula dari bertemu dengan seorang teman bernama Rema. Dia adalah seorang polisi yang berasal dari Bajawa-Flores, NTT yang bertugas Polsek Kempo.
Rema kemudian mengajaknya untuk masuk menjadi anggota Kopdit Pintu Air Cabang Dompu.
Ada hal yang membuatnya yakin ketika dia melihat mobil milik Kopdit Pintu Air bernomor polisi EB yang dikenalnya sebagai nomor plat kendaraan dari Flores. Juga hadirnya pengurus pusat untuk peresmian kantor cabang Dompu, membuat dirinya sangat yakin Koperasi Pintu Air sangat baik.
Ferdinandus Man juga merasa tertarik dengan bunga simpan yang tinggi serta dana solidaritas kesehatan saat sakit dan santunan duka yang akan diterima.
Sehingga, ia mendaftar menjadi anggota dan langsung menabung uang sebanyak Rp10 juta.
Setelah beberapa bulan bergabung, Ferdinandus Man melakukan pinjaman pertama sebesar Rp30 juta untuk membeli peralatan landry tambahan.
Kini dia telah memiliki peralatan laundry yang sangat lengkap, yakni mesin cuci, mesin peras dan mesin pengering, serta mesin strika bertenaga uap panas.
Dengan peralatan yang lengkap itu setiap harinya dapat mencuci sebanyak 125 kg pakaian dengan biaya per-kilogramnya Rp8.000.
Artinya, dalam sehari Ferdinandus Man meraup pendapatan rata-rata satu juta rupiah .
Untuk waktu kerja mulai dari mencuci hingga pakaian mengering hanya membutuhkan waktu 40 menit dengan kapasitas cucian sebanyak 30 kg.
Tarifnya pun bervariasi sesuai kebutuhan konsumen. Kalau untuk tiga jam dapat diambil kembali dibandrol dengan harga sebesar Rp15.000 per kg, satu hari Rp10.000 per kg dan dua hari baru sebesar Rp8.000 per kg.
Beda lagi untuk cucian bed cover, sprei, dan sarung bantal, yang dihitung per set. Satu set dipungut biaya Rp35.000.
Cita-cita Ferdinandus Man ingin memiliki sebidang tanah untuk dijadikan tempat usahanya, karena saat ini masih kontrak bangunan milik orang lain.
Manajer Kopdit Pintu Air Cabang Dompu Abdul Rahman Na’u kepada Ekora NTT mengatakan, Ferdinandus Man adalah anggota potensial. Sebab, dia memiliki usaha yang mempunyai prospek masa depan yang sangat baik.
“Ferdinandus telah dua kali melakukan pinjaman. Pertama 30 juta dan yang kedua nilai pinjamannya bertambah manjadi 40 juta. Riwayat pinjamannya sangat baik, selalu bayar tepat waktu,” tutup Abdul Rahman.