Maumere, Ekorantt.com – Selain pekerjaannya menjadi polisi, Anggota Polres Sikka Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda), Benediktus Bunga memiliki pekerjaan sampingan yakni menjadi pengepul barang rongsokan.
Keputusan untuk menjadi pengepul barang rongsokan berawal ketika Benediktus jalan-jalan di Kota Maumere dan melihat banyak barang-barang rongsokan berserakan. Padahal bagi dia, barang rongsokan tersebut bisa menghasilkan uang.
Barang-barang rongsokan yang ia lihat seperti, botol dan gelas air mineral, besi tua, botol oli, buku-buku, kertas dan lainnya.
“Saya berpikir kenapa barang rongsokan banyak berserakan. Kok orang tidak manfaatkan? Kemudian saya kumpulkan barang rongsokan ke mobil pikap, lalu dibawa ke rumah. Setiba di rumah, saya berpikir lebih baik saya usaha sampingan jual beli barang rongsokan,” tuturnya belum lama ini.
Benediktus menjalani usaha itu sejak tahun 2018. Rumah kosong depan rumahnya disulap Benediktus menjadi gudang rongsokan. Ia mengumpulkan barang rongsokan di rumah itu, lalu disortir lagi untuk dijual.
“Kalau barang rongsokan sudah banyak. Saya dengan sopir langsung menjualnya ke (toko) Sinar Agung,” ujarnya sembari mengatakan, hal ini juga bagian dari upayanya untuk menyelamatkan lingkungan.
Polisi yang pernah menjadi Kepala Unit (Kanit) Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Nita ini, berencana ke depannya jika ada modal, akan menyiapkan tempat-tempat sampah di setiap asrama-asrama, kos-kosan dan lingkungan RT/RW.
“Sehingga sampah-sampah seperti botol Bimoli, jeriken Bimoli, kertas, buku-buku dan lainnya tidak dibuang sembarangan. Barang-barang rongsokan itu kita ambil, lalu dipilah, kemudian disimpan di gudang sampai banyak baru dijual. Kita bisa hasilkan uang dari barang barang rongsokan itu,” pungkas Benediktus.
Bantu Sembako untuk Sesama Pemulung
Benediktus yang bekerja sebagai anggota jaga di Polsek Alok kerap membagikan bantuan sembako kepada sesama pemulung.
Bantuan sembako itu berupa, beras, minyak goreng, kopi, gula, ikan dan sayur. Ia rela menyisihkan uang hasil menjual barang rongsokan untuk membantu sesama pemulung, salah satunya Theresia Weo. Dia adalah seorang pemulung di Kelurahan Waioti, Kabupaten Sikka.
Saat ditemui Ekora NTT, Sabtu, 29 Juni 2024 di rumahnya Jalan Beringin, Centrum, Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, polisi yang pernah bertugas sebagai Kanit Binmas Polsek Nele ini mengungkapkan, bantuan yang diberikan kepada Theresia diharapakan dapat meringankan beban kebutuhan sehari-harinya.
Ia tergerak hatinya membantu Theresia karena merasa iba, sebab suaminya telah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu. Sejak saat itu, Theresia harus bekerja keras menjadi pemulung untuk membesarkan ketiga anaknya.
“Kasihan Ibu Theresia setiap hari mencari barang rongsokan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, dan juga menyekolahkan kedua anaknya yang masih di bangku Sekolah Dasar (SD),” ungkap Benediktus.
Ia menuturkan, setiap hari Theresia pergi mencari barang-barang rongsokan dengan berjalan kaki. Bahkan ia sering ditemani oleh anak-anaknya.
Barang-barang rongsokan yang dikumpulkan Theresia dibeli Benediktus. Barang-barang rongsokan itu kemudian langsung diambil di rumah Theresia.
“Kasihan Ibu Theresia Weo ketika kita datang ke rumahnya, selalu minta kami membantu beras 10 kilogram. Saya dengan istri bantu kasih beras dan lainnya dari hasil uang jualan barang rongsokan,” ungkap Benediktus.
“Kadang beras di kios, saya kasih dulu. Nanti dibarter dengan barang rongsokan. Kadang kita ada uang sedikit kita bantu untuk biaya sekolah anak-anaknya,” imbuh dia.
Jika ke depan ada rezeki, kata Benediktus, ia akan membantu membagikan sembako kepada para pemulung yang tergabung dalam komunitas pemulung yang telah dibentuknya.
Theresia Weo (40) mengaku, sering mendapatkan bantuan sembako dari Ipda Benediktus Bunga bersama istrinya.
Batuan sembako yang ia dapat berupa, beras, kopi, gula, ikan dan sayuran.
“Sejak bertemu om polisi (Ipda Benediktus Bunga) saya merasa senang karena sering mendapat bantuan. Biar sedikit tapi bisa meringankan beban ekonomi keluarga saya,” ujarnya kepada Ekora NTT.
Theresia menuturkan, setiap hari memulung di wilayah Kelurahan Waioti. Ia memulung dibantu anak laki-lakinya yang masih di bangku Sekolah Dasar (SD).
“Setiap hari kami memulung di Waioti, Pensip dan sekitarnya. Anak saya yang laki bantu tapi sepulang dari sekolah,” ungkapnya.
Theresia bersama ketiga anaknya tinggal di Kelurahan Waioti. Ia hidup menjanda setelah ditinggal suaminya sejak sepuluh tahun lalu.
“Sejak saat itu, saya terpaksa harus memulung untuk membiayai sekolah anak. Dan kebutuhan hidup setiap hari,” ungkap mantan guru PAUD ini.