Ruteng, Ekorantt.com – Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Pastoral (BEM Stipas) St. Sirilus Ruteng, Kabupaten Manggarai menggalang dana untuk membantu korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur.
Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 9 November 2024 itu dimulai dari sumbangan para dosen dan mahasiswa Stipas St. Sirilus Ruteng.
Setelah itu, kegiatan penggalangan donasi dilanjutkan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mena, Kecamatan Langke Rembong dan berakhir di Pasar Inpres Ruteng.
Ketua BEM Stipas Ruteng, Imelda Asmawati mengatakan, penggalangan dana merupakan bentuk aksi kemanusiaan dan upaya meringankan beban dari warga yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
“Selain dalam bentuk uang, para mahasiswa juga menyumbangkan pakaian-pakaian layak pakai untuk selanjutnya dikirim ke daerah terdampak erupsi,” ujar Asni, sapaan karib Imelda Asmawati, kepada Ekora NTT pada Selasa, 12 November 2024.
Ia berharap agar donasi yang terkumpul, baik berupa uang maupun pakaian bekas layak pakai dapat meringankan beban bagi warga yang terdampak.
“Bantuan meski kecil akan sangat berharga bagi mereka yang sangat membutuhkan,” kata Asni.
Ia berterima kasih kepada semua pihak yang telah menyisihkan sedikit rezekinya untuk berdonasi terhadap korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Selain itu, Asni mengapresiasi semua anggota BEM Stipas St. Sirilus Ruteng yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan penggalangan dana ini.
Adapun hasil donasi yang terkumpul berupa uang, baju bekas layak pakai dan perlengkapan mandi, masker, ikan kering, minyak goreng, dan barang-barang kebutuhan lainnya.
“Selanjutnya hasil dari kegiatan donasi ini akan diserahkan ke kantor Yayasan SSpS Setia Bakti Ruteng untuk kemudian disalurkan ke daerah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki,” kata Asni.
Hingga Minggu, 10 November 2024, Gunung Lewotobi Laki-laki masih terus mengeluarkan letusan.
Warga pun diminta untuk segera mengungsi demi mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan.
Bahkan pihak berwenang diterjunkan untuk mengevakuasi warga yang tak mau mengungsi.
Namun dilaporkan sulitnya akses kendaraan membuat proses evakuasi sulit dilakukan.
Zona darurat dari Gunung Lewotobi Laki-laki diperluas menjadi 9 kilometer. Warga dilarang melintasi zona tersebut.
Letusan pertama bulan ini terjadi pada 3 November 2024 pukul 23.57 Wita.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menaikkan statusnya dari siaga ke awas level tertinggi. Ribuan warga terpaksa harus mengungsi.
Data yang dihimpun, sebanyak 14 desa terdampak erupsi dengan jumlah jiwa 10.295.
Sepuluh orang warga tewas, termasuk satu keluarga dengan anggota enam orang. Mereka tertindih reruntuhan bangunan. Salah satu korban adalah Suster Nikoline Padjo, SSpS, seorang biarawati Katolik.