Ruteng, Ekorantt.com – Fenomena penipuan dunia maya atau phishing menjadi momok yang mengkhawatirkan. Tidak sedikit orang telah menjadi korban akibat kejahatan siber ini.
Staf marketing Bank NTT Cabang Ruteng, Amelia Juliani Elfrin Bout memaparkan secara gamblang tentang bahaya phishing.
Eltrin, sapaan akrabnya, menjelaskan, phishing merupakan upaya penipuan dunia maya (cybercrime) di mana pelaku berpura-pura menjadi pihak yang terpercaya untuk mencuri informasi pribadi atau data sensitif dari korban, seperti data akun, data finansial, atau data lainnya.
“Istilah phishing berasal dari “fishing”, yang berarti memancing. Pelaku memancing korban untuk memberikan informasi mereka,” kata dia saat Customer Gathering pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-63 Bank NTT pada Kamis, 17 Juli 2025.
Pelaku phishing, kata dia, bertujuan untuk mendapatkan informasi pribadi korban, yang kemudian dapat digunakan untuk berbagai tindakan kejahatan, seperti pencurian identitas, penyalahgunaan akun, pencurian uang, atau peretasan sistem.
Cara kerjanya adalah mengirimkan email, pesan teks melalui SMS, WhatsApp, atau membuat website palsu yang meniru tampilan dan pesan dari entitas yang sah, seperti bank, perusahaan, atau lembaga resmi.
Ia mencontohkan kasus phishing, seperti email yang mengaku dari bank meminta pengguna untuk memasukkan informasi login karena ada masalah dengan akun mereka.
Kemudian pesan teks yang mengaku dari kurir pengiriman meminta pengguna untuk membayar biaya pengiriman melalui tautan palsu.
“Website palsu yang meniru tampilan website resmi bank atau media sosial untuk mencuri informasi login juga menjadi contoh kasus,” tutur Eltrin.
Selain itu, pesan teks yang dibagikan ke nomor handphone nasabah untuk meng-klik pesan teks tersebut, juga modus undian berhadiah.
Ia menyebutkan beberapa jenis phishing. Pertama, email phishing, yakni penyerang mengirimkan email palsu yang meniru dari lembaga resmi.
Kedua, spear phishing. Jenis phishing ini biasanya penyerang menargetkan individu tertentu dan melakukan riset terlebih dahulu tentang korban untuk membuat email yang lebih personal dan meyakinkan.
Ketiga, whaling yakni penyerang acap menargetkan eksekutif atau orang penting dalam suatu organisasi.
Keempat, smishing yakni penyerang menggunakan pesan teks untuk menipu korban.
Eltrin pun membagi tips menghindari phishing. Nasabah harus waspadai email dan pesan yang mencurigakan, terutama yang meminta informasi pribadi atau berisi tautan yang tidak jelas.
Selain itu dilarag meng-klik tautan yang mencurigakan, selalu verifikasi keaslian alamat situs web, juga gunakan kata sandi yang kuat dan aktifkan autentikasi dua faktor.
“Jangan lupa perbarui perangkat lunak dan aplikasi secara berkala. Jangan mudah percaya pada iming-iming hadiah atau tawaran menarik yang tidak jelas. Laporkan email atau pesan phishing yang mencurigakan ke pihak berwenang,” pintanya.
Kepada seluruh nasabahnya, ia mengimbau agar lebih hati-hati terhadap upaya penipuan yang mengatasnamakan Bank NTT.
“Waspadai bentuk penipuan daring seperti scam dan pishing yang dapat membahayakan keamanan akun Anda,” tegasnya.
Bila mendapat informasi yang mencurigakan, nasabah dapat memverifikasi ke nomor Call Center 14013-08113814013.
Kejahatan siber ini baru saja dialami Yosefina Maristalda Jenudin, seorang nasabah Bank NTT. Ia harus menelan pil pahit.
Bagaimana tidak, saldo rekening miliknya mendadak habis puluhan juta rupiah, yang menyisakan hanya Rp40.000 dari total Rp58.606.000.
Awalnya, pada Senin, 26 Mei 2025 sekitar pukul 10.22 Wita, ia melakukan transfer senilai Rp6.500.000 melalui aplikasi B`Pung Mobile NTT. Setelah transaksi, saldonya tercatat normal, yakni Rp58.606.000.
Masih di hari yang sama, sekitar pukul 19.00 Wita, Yosefina mengisi pulsa di aplikasi tersebut, namun sayangnya, muncul notifikasi yang menerangkan bahwa PIN-nya telah daluwarsa.
Tidak berhenti di situ, dia mencoba tiga kali lagi dengan memasukkan PIN yang sama, tetapi selalu gagal.
Merasa ada yang tidak beres, keseokannya Yosefina langsung mendatangi kantor Bank NTT cabang setempat, yang berbasis di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Sehingga pada 2 Juni, Yosefina berhasil mengaktifkan kembali akunnya di layanan pelanggan (CS) Bank NTT Cabang Ruteng.
Namun saat ia mengecek saldo melalui aplikasi B`pung Mobile NTT, sisa saldonya hanya Rp40.000 dari sebelumnya Rp58.606.000.
Untuk memastikan itu, Yosefina segera mencetak rekening koran di Bank NTT Cabang Ruteng. Di sana, ia mulai muncul rasa curiga dengan dua transaksi yang tak pernah ia lakukan.
Kedua transaksi itu di antaranya transfer sebesar Rp50.000.000 pada pukul 11.48 Wita dan Rp6.500.000 pada pukul 11.50 Wita. Kedua nominal tersebut ditransfer ke rekening Bank BNI atas nama Bagus Panuwun dan Rokimah.
Yosefina telah mengadukan kejadian ini ke Bank NTT pada 4 Juni 2025. Pihak bank mengatakan bahwa laporannya akan diteruskan ke pusat dan akan ada penyelidikan untuk menentukan “apakah kesalahan ada pada nasabah atau pada sistem bank.”
“Empat belas hari setelah laporan, pihak bank hanya menyampaikan bahwa dana sudah ditransfer ke rekening tujuan di BNI, tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana transaksi tersebut bisa terjadi,” keluh Yosefina.
Pihak Yosefina juga sudah mendatangi Kantor BNI Cabang Ruteng, namun data nasabah penerima tersebut tidak dapat diungkap secara jelas.
Cerita Yosefina menjadi pelajaran, betapa maraknya pelaku phishing dengan cara jahat. Ia menyerang siapapun demi keuntungan pribadinya.