Larantuka, Ekorantt.com – Badan Geologi memperkirakan masih berpotensi terjadi letusan eksplosif atau letusan dahsyat dengan pelepasan material vulkanik dari perut Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT.
Dalam keterangan yang diterima oleh Ekora NTT pada Sabtu, 19 Juli 2025, Badan Geologi menerangkan bahwa hasil pemantauan Global Navigation Satellite System (GNSS) menunjukkan pola inflasi yang terjadi sejak lima hari terakhir.
Pola ini mengindikasikan adanya migrasi magma dari kedalaman menuju zona yang lebih dangkal. Indikasi tersebut, diperkuat oleh tren kenaikan data tiltmeter selama sepekan terakhir.
Berdasarkan data seismik, terbaca adanya peningkatan aktivitas gempa low frequency dan gempa vulkanik dalam.
Badan Geologi mencatat selama dua hari sejak Kamis-Jumat, 17-18 Juli 2025, terjadi delapan kali gempa hembusan, enam kali gempa harmonik.
Kemudian, 27 kali gempa tremor non-harmonik, 12 kali gempa low frequency (LF), 21 kali gempa vulkanik dalam, dan 18 kali gempa tektonik jauh.
Hal itu menunjukkan adanya suplai magma serta kenaikan tekanan gas dari kedalaman menuju bagian yang lebih dangkal.
“Kombinasi kedua data deformasi ini mengindikasikan adanya peningkatan tekanan dalam kondusif akibat suplai magma baru. Kondisi ini berpotensi mengarah pada terjadinya erupsi eksplosif dan atau aliran lava,” jelas Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid.
Terhadap adanya potensi letusan eksplosif ini, Badan Geologi meminta warga agar lebih waspada dan tidak beraktivitas dalam radius 6 hingga 7 kilometer.
“Diimbau, warga tidak beraktivitas dalam radius 6 km dan sektoral barat daya-timur laut 7 km dari pusat erupsi,” kata Wafid.
Tak hanya masyarakat yang ada di dalam kawasan rawan bencana (KRB), namun juga masyarakat di sekitar wilayah rawan bencana diminta mewaspadai potensi banjir lahar apabila terjadi hujan lebat.
“Terutama pada daerah aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki, seperti di Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya hingga Nurabelen,” kata dia.
Warga diminta untuk memakai alat pelindung diri agar tidak terkontaminasi abu vulkanik yang dapat mengganggu saluran pernapasan.
“Warga yang terdampak hujan abu dianjurkan menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut untuk melindungi saluran pernapasan,” tandasnya.