Maumere, Ekorantt.com – Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), memasarkan sperma babi unggul untuk meningkatkan kualitas genetik dan pendapatan peternak melalui metode inseminasi buatan (IB).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriawan atau yang akrab disapa Jemy Sadipun mengatakan, pemasaran sperma babi jenis eksotik ini telah dimulai sejak awal 2024.
Metode inseminasi buatan bertujuan untuk menghasilkan keturunan babi berkualitas tinggi dan sehat, sekaligus meminimalisir risiko penyebaran penyakit menular seperti Demam Babi Afrika (ASF) dan penyakit menular seksual lainnya.
“Kami menawarkan semen (sperma) dengan kualitas terbaik yang sudah teruji di laboratorium Peternakan Kabupaten Sikka,” kata Jemy Sadipun kepada Ekora NTT di Maumere pada Selasa, 9 September 2025.
Ia menambahkan, metode kawin alami memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran virus karena kurangnya pengawasan kesehatan hewan.
“Kita pinjam babi pejantan lalu kawin manual, tanpa memastikan status kesehatannya berisiko tinggi menularkan virus ASF. Kalau kawin manual biasanya ada perjanjian bagi hasil anak babi yang lahir,” ujar Jemy.
Dengan metode inseminasi buatan, kualitas sperma dapat diketahui sejak awal karena telah melewati uji laboratorium. Proses ini dilakukan dengan standar yang ketat, mulai dari pengambilan hingga distribusi sperma kepada peternak.
“Dengan metode inseminasi, kita bisa mengetahui kualitas sperma yang dihasilkan karena sudah teruji di laboratorium,” ujarnya.
Jemy menjelaskan, proses inseminasi buatan dilakukan dengan cara memasukkan sperma babi jantan ke dalam saluran reproduksi babi betina yang sedang birahi, menggunakan alat khusus berupa kateter inseminasi.
Setelah proses inseminasi, peternak diminta untuk terus mengawasi kondisi babi betina guna memastikan keberhasilan pembuahan. Tujuannya adalah agar sel telur dapat dibuahi dan menghasilkan anak babi yang unggul secara genetik.
Sperma yang telah lolos uji laboratorium kemudian dipasarkan kepada para peternak dengan harga Rp350 ribu per dosis.
“Sperma yang lolos uji laboratorium, kemudian kita pasarkan ke peternak babi dengan harga Rp350 ribu per dosis,” kata Jemy.
Pihak Dinas Pertanian Kabupaten Sikka juga telah melakukan sosialisasi metode ini kepada masyarakat, terutama para peternak babi, melalui berbagai media serta kerja sama dengan pejabat terkait.
Jemy turut mengimbau masyarakat untuk menjaga biosekuriti di lingkungan ternak, serta tidak memindahkan ternak yang sedang sakit tanpa surat keterangan kesehatan hewan yang menyatakan bebas dari ASF dan penyakit menular lainnya.