Mbay, Ekorantt.com – Wilfridus Ndona tidak bisa menahan haru saat menerima bantuan dari Koperasi Kredit Swasti Sari di Posko Induk Terpadu Penanganan Bencana Desa Sawu, Kamis, 18 September 2025.
Kepala Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo itu tahu betul betapa beratnya beban yang ditanggung warganya pasca-banjir bandang yang meluluhlantakkan kampung halamannya.
“Kami sudah jatuh, lalu tertimpa tangga. Hanya saja, kami tidak boleh tenggelam dalam kesedihan,” ujar Wilfridus dengan suara bergetar.
Ungkapan itu melukiskan kondisi warga Desa Sawu yang harus bangkit dari keterpurukan setelah bencana yang merenggut enam nyawa dan menyisakan tiga orang yang hingga kini belum ditemukan.
Manajer Kopdit Swasti Sari Cabang Mbay, Kons Dopo, yang didampingi Herman Kale Hia dari Cabang Bajawa, menyerahkan bantuan berupa kebutuhan pokok seperti beras, air mineral, biskuit, telur, dan mi instan.
“Jangan dilihat dari jumlah dan nominalnya. Ini tulus dari seluruh keluarga besar Kopdit Swasti Sari,” kata Kons.
Ia menegaskan, bantuan itu merupakan bentuk kepedulian bersama yang dikoordinasikan oleh kantor pusat beserta pengurus dan pengawas.
Bencana banjir bandang yang melanda Nagekeo pada Senin, 8 September 2024, telah menyisakan luka mendalam. Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Nagekeo mencatat kerugian material mencapai Rp100 miliar.
Kepala Pelaksana BPBD Nagekeo, Gusti Pone mengatakan angka itu dihitung berdasarkan kerugian langsung yang dirasakan masyarakat saat kejadian dan mengacu pada perhitungan dari dinas teknis yang diinput di Pusdalops BPBD Nagekeo.
Namun, angka tersebut masih terus dihitung dan kemungkinan naik karena beberapa kecamatan di Nagekeo juga diterjang bencana banjir dan tanah longsor.
Yang paling memilukan, banjir bandang itu merenggut enam nyawa. Tiga orang lainnya masih dalam pencarian. Lebih dari 34.000 jiwa terdampak bencana ini, dengan 73 warga di Kecamatan Mauponggo masih mengungsi.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo telah menetapkan status tanggap darurat bencana cuaca ekstrem sejak 9 hingga 30 September 2025. Langkah ini diambil untuk mempercepat penanganan dan pemulihan pasca-bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana susulan. Kondisi cuaca ekstrem diperkirakan masih berpeluang terjadi di sejumlah wilayah. Masyarakat diminta segera melaporkan bila terjadi peningkatan debit air atau tanda-tanda bencana lain.
Jurnalis Warga: Eman Sura