Kader Kesehatan Jiwa di Matim Ikut Pelatihan Kesehatan Jiwa Dasar

Menurutnya, kader kesehatan jiwa akan belajar tentang program pengobatan dan cara melakukan konseling.

Ruteng, Ekorantt.com –  Sebanyak 20 kader kesehatan jiwa di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, mengikuti pelatihan kesehatan jiwa dasar pada 1-2 Oktober 2025.

Program dengan kerja sama antara Ayo Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur itu merupakan bagian dari peningkatan kapasitas kader kesehatan jiwa dalam memahami konsep dasar kesehatan jiwa.

Kader kesehatan jiwa ini berasal dari lima desa dan dua kelurahan, di antaranya Rana Masak, Nanga Labang, Gurung Liwut dari Kecamatan Borong, Manggarai Timur.

Kemudian Desa Compang Kantar, Kecamatan Rana Mese dan Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba.

Sementara untuk dua kelurahan Kota Ndora dan Rana Loba, juga berada di Kecamatan Borong.

Project Officer Yayasan Ayo Indonesia, Eni Setyowati menjelaskan, melalui kegiatan ini, kader kesehatan jiwa dapat memahami konsep dasar dan hal-hal teknis tentang kesehatan jiwa.

Menurutnya, kader kesehatan jiwa akan belajar tentang program pengobatan dan cara melakukan konseling. Mereka akan belajarnya di Renceng Mose, Pusat Rehabilitasi dan Klinik Gangguan Jiwa yang berada di Ruteng, Manggarai untuk lebih memperkaya pengalaman mereka.

“Pentingnya kegiatan ini karena merujuk pada kegiatan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk menjadikan isu kesehatan jiwa menjadikan isu prioritas, karena kesehatan jiwa menjadi isu yang sangat penting,” jelas Eni kepada Ekora NTT pada Rabu, 1 Oktober.

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, kata dia, usia paling rentan mengalami gangguan jiwa adalah 18-24 tahun. Bila merujuk data tersebut, kondisi ini tidak lagi sebagai bonus demografi melainkan bencana demografi.

Ia berkata, setelah pelatihan, kader kesehatan jiwa akan mengunjungi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di wilayah mereka masing-masing.

Dari 20 kader kesehatan jiwa ini, mereka akan menangani 68 pasien dari total 779 ODGJ di Manggarai Timur.

Didampingi penanggung jawab masing-masing, mereka akan mengedukasi dan kampanye terkait stigma terhadap ODGJ dan keluarganya yang masih kental di tengah masyarakat.

Eni berharap pemerintah maupun organisasi relawan bekerja sama membentuk satu ekosistem yang menjadikan lingkungan menjadi ramah terhadap ODGJ.

“Dengan adanya kader kesehatan jiwa, pemahaman masyarakat terkait stigma-stigma ODGJ bisa diberantas,” kata Eni.

Kader kesehatan jiwa, ia melanjutkan, menjadi aktor penting untuk menumbuhkan empati dan kesadaran masyarakat, terutama keluarga terhadap isu ODGJ.

“Harapannya isu ODGJ dapat mendapat perhatian lebih banyak pihak. Bukan hanya dari masyarakat, tetapi juga pemerintah dan gereja,” kata Eni.

Maria Priska Magur, salah satu kader kesehatan jiwa, mengapresiasi terselenggaranya kegiatan pelatihan itu.

“Kebetulan saya pertama kali menjadi kader kesehatan jiwa, saya perlu belajar,” jelasnya.

Priska berkata, ia termotivasi menjadi kader kesehatan jiwa untuk menangani ODGJ. Stigma yang masih melekat di tengah masyarakat menjadi tugas dan tanggung jawabnya dalam mengikis itu.

Menurutnya, apabila stigma masih ada maka penderita ODGJ akan semakin dijauhi banyak orang. Sehingga dengan kehadiran kader, pasien ODGJ akan mendapatkan pengobatan dan konseling dengan penanggung jawab.

“Tapi sebelum itu kami  melakukan pendekatan dengan keluarga ODGJ,” tutupnya.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img