Bajawa, Ekorantt.com – Bagi banyak orang, masa pensiun identik dengan waktu beristirahat setelah bertahun-tahun bekerja. Namun, hal itu tak berlaku bagi Yohanes Vianey Siwe, pria 63 tahun asal Bajawa, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Alih-alih beristirahat, mantan Aparatur Sipil Negara (ASN) ini justru memanfaatkan masa pensiunnya untuk menyalurkan kreativitas yang selama ini terpendam. Ia memilih berwirausaha sebagai cara menikmati masa pensiunnya.
Saban hari, eks Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ngada itu tampak sibuk menjajakan nasi campur di sebuah lapak sederhana yang ia beri nama Angkringan Mawar, berlokasi di Jalan Pertandean, Kota Bajawa. Pelanggan silih berganti datang untuk mencicipi nasi campur yang disiapkannya bersama istri.
Vianey, begitu ia akrab disapa, tidak sendirian. Ia ditemani sang istri, Yustina Sriwahyu Ningsih, yang setia mendampinginya sejak pagi hingga jualannya habis terjual.
Ia menuturkan, usaha tersebut mulai dirintis pada Agustus 2024, tidak lama setelah pensiun. Modal awalnya sebesar Rp6 juta berasal dari hasil menjual babi peliharaannya.
Vianey kemudian mengajak istrinya untuk ikut berjualan, meski kala itu Yustina masih aktif mengajar di sekolah.
“Prinsipnya hanya satu, membantu ekonomi keluarga,” katanya kepada Ekora NTT, Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia menyebut, pendapatan per hari bisa mencapai sekitar Rp400 ribu jika pelanggan ramai.
“Itu pun ada juga yang pesanan bungkus,” ucapnya.
Bagi Vianey, berbisnis bukan hanya soal keuntungan, melainkan juga wujud kemandirian di tanah sendiri.
“Di tanah sendiri tidak boleh jadi penonton,” ujarnya tegas. “Kita harus sabar, karena semua ada waktu dan masanya.”
Menurutnya, kesuksesan dalam usaha membutuhkan komitmen dan proses. Ia mengingatkan pentingnya semangat juang, terutama demi kesejahteraan keluarga.
“Hidup harus berjuang, terutama bagi keluarga,” katanya.
Ia juga mengkritik pandangan sebagian orang yang menganggap pekerjaan di pinggir jalan sebagai hal yang memalukan.
“Kalau hidup gengsi, nanti kita makan gengsi,” pesannya.
Angkringan Mawar menawarkan berbagai menu lokal dengan harga terjangkau, seperti ikan, telur mata sapi, telur dadar, tahu, tempe, dan sayur labu khas Bajawa.
“Kami mengolahnya dengan khas lokal,” tutur mantan Camat Bajawa itu.
Meski tak banyak memanfaatkan media sosial untuk promosi, Vianey yakin pelayanan yang baik adalah kunci pemasaran yang efektif.
“Melalui pelayanan yang terbaik, orang bisa saling menginformasikan kepada sesama,” tutupnya.













