Maumere, Ekorantt.com – Kamis, 4 September 2025, sekitar pukul 09.00 Wita. Suasana di Pusat Jajanan dan Cendera Mata (PJC) Maumere tampak masih sepi. Pintu sejumlah los jualan masih tertutup rapat. Pagi itu, hanya satu los jualan yang terbuka. Di bagian atas pintunya, tertulis “Galeri Kresna”.
Di balik pintu, sosok yang akrab disapa Ibu Ida menyambut kami dengan ramah.
Galeri Kresna bukan sekadar toko melainkan etalase dari hasil kerajinan tangan dan produk lokal hasil dari kreativitasnya sendiri. Di dalamnya terdapat banyak produk lokal yang mencerminkan kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur.
“Kita menjual dan memperkenalkan produk khas Flores, jadi bukan produk Surabaya, ini Flores punya. Walaupun saya dari Surabaya, saya mencintai produk Flores” ujarnya.
Ia menceritakan, dulunya ia bekerja di bidang asuransi dan jasa konstruksi, namun setelah korona melanda, ia tidak bisa berkomunikasi dan bertemu dengan orang secara langsung.
“Kita berkomunikasi dengan orang kalau via daring kan hasilnya kurang maksimal, jadinya saya punya ide membuat sebuah produk dari rumah lalu saya pasarkan secara online dan ternyata laris,” kata Ida.
“Saya berpikiran bahwa diam di rumah tapi menghasilkan uang. Rentetannya setelah korona selesai, saya berniat oh ini usaha yang harus saya tekuni.”
Tidak hanya menjual suvenir dan beragam hasil kerajinan tangan dari kain motif daerah, Galeri Kresna juga menyediakan produk lain seperti kacang mete, jagung titi, VCO (minyak kelapa murni), madu, wedang jahe merah, dan kopi.
“Kacang mete, jagung titi, dan kopi selain saya jual di galeri saya juga menyuplai ke supermarket-supermarket. Produk yang saya buat semua bahan bakunya dari bahan-bahan lokal. Kalau VCO dan madu saya suplai ke apotek,” tutur Ida.
Dengan ketekunan dan kreativitasnya, Ida Kresna sudah membuka galeri di Pusat Jajanan Cendera Mata (JPC) Maumere selama 5 tahun. Ia yakin bahwa pekerjaan yang ia tekuni sekarang akan sangat maju mengingat geliat UMKM semakin maju dari waktu ke waktu.
“Memang perekonomian, khususnya di Maumere untuk menjual produk ini sangat sulit sekali, makanya kita lebih banyak ke luar Kota. Misalnya ke Labuan Bajo, Bajawa, Ruteng, dan Ende. Kita juga punya grup yang selalu membagikan info pameran untuk kita ikuti.”
Ia tak menampik daya beli masyarakat yang rendah belakangan ini. Belum lagi persaingan di antara sesama pelaku UMKM.
Semangat Ida Kresna tidak kendur. Ada banyak cara yang ia lakukan agar produknya laku terjual. Salah satunya, memanfaatkan media sosial.
Ia aktif membagikan postingan produk-produk buatannya di akun Instagram dan Facebook Kresnagalerycraf. Alhasil, tidak sedikit pelanggan dari luar daerah yang memesan produknya itu.
“Usaha ini saya rasa dari kemauan, modal usaha kecil akhirnya berkembang, tidak usah takut semuanya ada jalan. Semua pekerjaan harus konsisten, tidak usah ikut-ikut usaha orang, fokus apa yang kita miliki,” pesan Ida Kresna di akhir pembicaraan.
Jurnalis Warga: Diah Novivah













