Bantuan Atap Seng Tak Kunjung Datang, Warga Terdampak Erupsi di Sikka: Kami Cari Perlindungan di Mana?

Sudah dua tahun mereka menanti bantuan itu. Padahal mereka sangat membutuhkannya untuk memperbaiki atap rumah yang rusak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur.

Maumere, Ekorantt.com – Warga lima desa di Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih menanti janji bantuan atap seng rumah dari pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Sudah dua tahun mereka menanti bantuan itu. Padahal mereka sangat membutuhkannya untuk memperbaiki atap rumah yang rusak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur.

Kelima desa yang terdampak, yakni Desa Hikong, Udek Duen, Ojang, Kringa, dan Timutawa, kini harus bertahan dengan kondisi rumah yang tak layak huni.

Sebagai alternatif, sebagian warga terpaksa menutup atap rumah mereka dengan terpal. Ada pula yang memilih mengungsi ke rumah tetangga untuk menghindari hujan yang masuk ke dalam rumah.

Warga Desa Kringa, Ana Kristina menuturkan, kondisi rumahnya semakin parah karena air hujan terus merendam ruang-ruang dalam rumah akibat atap yang bocor.

“Air hujan masuk ke ruang tidur, utama, dapur, dan juga ruangan lainnya. Hanya satu ruangan yang masih aman untuk kami sekeluarga berlindung,” ujar Ana kepada Ekora NTT di Maumere, Selasa, 18 November 2025.

Sejak erupsi, Ana sudah beberapa kali menutup atap rumah dengan terpal. Namun, karena ketahanannya yang sangat terbatas, terpal itu cepat rusak akibat abu vulkanik.

“Terpal cepat rusak, bocor karena abu vulkanik. Bahkan kami sudah beli terpal besar dua kali dengan harga ratusan ribu pun tetap sama, karena tidak bisa tahan lama,” tutur Ana.

Saat ini, atap rumahnya masih tertutup terpal yang sudah kusam dan robek. Tapi mau bagaimana lagi, kata Ana, bantuan pemerintah tak kunjung datang.

“Kami berharap kepada pemerintah agar bantuan seng yang sudah ada segera disalurkan kepada masyarakat karena ini sudah masuk musim hujan. Kalau tidak, kami basah dan mencari perlindungan ke mana?” kata Ana penuh harap.

Penjabat Kepala Desa Udek Duen, Alosius Anus mengakui bahwa kondisi rumah warganya sering terendam air hujan karena atap seng yang rusak.

“Masyarakat sengsara. Malam mereka tidak bisa tidur karena air hujan masuk rumah,” ujarnya kepada Ekora NTT di Maumere, Senin, 17 November 2025.

“Jika bantuan seng tak kunjung datang, maka dalam minggu ini warga minta untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman dan nyaman karena sudah masuk musim hujan,” ujar Alosius.

Alosius menambahkan, bantuan seng dengan ketebalan 0,20 milimeter tetap akan diterima karena warga sangat membutuhkannya. Berdasarkan hasil survei Dinas Perumahan, BPBD, dan BNPB, seng yang dinilai layak untuk atap di wilayah terdampak sebenarnya memiliki ketebalan 0,30 milimeter.

“Warga saya butuh seng untuk menutup atap rumah mereka agar bisa berlindung dari hujan. Kalau atap rumah tidak ditutup maka dampak lanjutannya akan merusak kayu rumah,” kata Alosius.

Alosius menambahkan, dirinya telah bertemu Bupati Sikka untuk menyampaikan kondisi warga dan kebutuhan prioritas mereka.

“Pak Bupati menyambut baik keluhan warga dan langsung menelepon pak Kalak BPBD untuk segera merealisasikan bantuan seng kepada masyarakat,” katanya.

Dilema

BNPB mendata ada 34 ribu rumah yang mendapat bantuan atap seng. BPBD Sikka sendiri mengusulkan bantuan rekon seng dengan ketebalan 0,30 milimeter.

“Kita juga dilema, BNPB menggeser seng dari Huntara itu spesifikasinya 0,20 milimeter. Sementara kita usulkan untuk rehab rekon itu 0,30 untuk 34 ribu rumah,” jelas Plt. Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sikka, Putu Botha kepada Ekora NTT.

BPBD, kata Putu, memiliki 10 ribu lembar seng 0,20 milimeter yang berasal dari Huntara. Pihaknya masih ragu untuk menyalurkan bantuan itu, khawatir akan ada penolakan dari warga.

“Kita mau kasih sekarang juga kita malu, kalau nanti bantuan seng ini ditolak oleh warga,” kata Putu.

“Sebanyak 10 ribu lembar seng ini akan didistribusikan kepada lima desa, dengan masing-masing desa mendapatkan dua ribu lembar,” sambungnya.

Putu mengatakan, pihaknya telah membentuk grup WhatsApp yang melibatkan perwakilan dari lima desa, yakni Hikong, Udek Duen, Ojang, Kringa, dan Timutawa, untuk memudahkan koordinasi terkait bantuan seng.

Dari lima desa yang terdampak, Desa Udek Duen telah mengajukan permohonan bantuan seng. Selanjutnya, BPBD akan berkoordinasi dengan BNPB untuk memastikan apakah bantuan seng dengan spesifikasi 0,20 milimeter sudah bisa disalurkan kepada warga.

“Kita masih menunggu respons dari BNPB. Kalau empat desa ini juga tidak respons maka bantuan kita fokus untuk Desa Udek Duen saja,” ujar Putu.

Data Terdampak

Di Desa Timu Tawa, terdapat 29 rumah warga dan enam fasilitas umum yang memerlukan atap baru. Sementara di Desa Ojang, tercatat mencapai 108 rumah warga dan 19 fasilitas umum.

Kebutuhan terbesar berada di Desa Kringa, dengan 137 rumah warga serta 25 fasilitas umum yang mengalami kerusakan atap. Di Desa Hikong, sebanyak 69 rumah warga dan 13 fasilitas umum membutuhkan perbaikan.

Adapun di Desa Udek Duen, terdapat 117 rumah warga dan 16 fasilitas umum yang juga membutuhkan bantuan atap bangunan.

Secara keseluruhan, erupsi menyebabkan 460 rumah warga dan 73 fasilitas umum di lima desa tersebut harus segera mendapatkan penggantian atap untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan masyarakat.

TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img