Ruteng, Ekorantt.com – Laki-laki berusia 50 tahun itu tersenyum dan menghela nafas lega. Namanya Petrus Kanisius Nagam. Ia baru saja mengirimkan uang bulanan untuk tiga buah hatinya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di kota Kupang, Surabaya, dan Yogyakarta.
“Syukur, Om Herman buka ini barang (baca: agen BRILink) di sini. Kalau tidak mati sudah kami ini,” ujar Petrus kepada Ekora NTT pada Sabtu sore, 15 November 2025.
Di dalam ruangan seluas 9 meter persegi itu, Petrus duduk sebentar menunggu hujan reda. Di luar masih berdatangan warga ke lapak milik Hermanus Jehaman. Ada yang transfer uang. Ada lagi yang melakukan penarikan dan membayar angsuran.
“Daripada saya jauh-jauh ke Ruteng, sampai di sana antre toh,” ucap Petrus.
Petrus menuturkan, jarak tempuh dari desanya ke kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, sejauh 35 kilometer. Jarak yang lumayan jauh. Kalau tiap kali mengirimkan uang untuk anak-anak dan harus pergi ke Ruteng, pasti ada biaya dan beban pengeluaran tak terduga.
Warga desa merasa terbantu sejak adanya agen BRILink. Bahkan, warga dari kabupaten tetangga, Manggarai Barat lebih memilih datang ke agen BRILink Herman.
“Warga di sini terbantu dengan adanya BRILink sampai yang dari kabupaten sebelah saja datang ke sini,” ujar Petrus.
Dari dalam lapak, Hermanus masih sibuk melayani nasabah yang melakukan transaksi. Tatapan dan jarinya tampak awas mengoperasi mesin EDC (electronic data capture) atau MPOS (mobile point of sale), mesin untuk melayani berbagai transaksi perbankan.
Agen BRILink Herman, demikian tulisan yang terpampang di salah satu dinding ruangan. Nama yang merujuk pada nama sang pemilik. Ruangan itu ditata secara apik demi memberikan kenyamanan bagi warga yang datang melakukan transaksi.
Agen BRILink Herman berada di Ketang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai. Herman menjalani usaha sebagai agen sejak 2019. Keuntungan dari usaha ini dipakai Herman untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Kehadiran agen BRILink, tutur Herman, membuat warga tak perlu buang tenaga dan waktu untuk pergi ke kota. Warga juga bisa berhemat tanpa buang banyak pengeluaran yang tidak penting.
“Karena kalau dulu untuk tarik Rp200 ribu atau kirim untuk anak mereka harus pergi ke Ruteng. Sekarang tidak ada lagi yang langsung ke bank, kecuali ada kendala semisal kartunya terblokir,” kata Herman.
Herman bisa melayani 60-70 transaksi dengan total uang tunai yang ia siapkan Rp80 juta setiap harinya. Tiga bulan terakhir saja, dari Agustus sampai Oktober 2025, tercatat 5.222 transaksi di Agen BRILink Herman.
Hal yang sama juga dialami oleh Budiman Daya, 25 tahun, pemilik agen BRILink yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Tenda-Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. Kendati berlokasi wilayah perkotaan, ia justru lebih banyak melayani masyarakat yang datang dari kampung.
“Mereka (nasabah) tidak mau ambil pusing untuk ikut mengantre, sementara mereka butuh cepat,” kata Budiman.
“Intinya kehadiran BRILink ini memudahkan masyarakat untuk menjangkau layanan perbankan,” katanya menegaskan.
Umumnya agen BRILink milik Budiman dan Herman melayani transaksi tarik tunai, transfer, dan pembayaran kredit atau cicilan.

BRILink Topang Usaha Kios Kelontong
Herman punya usaha kios kelontong yang berada di bawah satu atap yang sama dengan agen BRILink. Hanya dipisahkan oleh sebuah dinding tembok.
Toko kelontong berkembang dari sebuah kios sederhana pada 2024 lalu. Modalnya berasal dari keuntungan menjadi agen BRILink.
“Terus terang saja apa yang saya miliki sekarang awalnya dari BRILink. BRILink berjasa sekali.”
Seperti sejumlah agen BRILink lain yang berdampingan dengan toko kelontong, Herman berkeinginan dua usaha ini sangat menopang. Warga yang mau bertransaksi keuangan bisa saja berbelanja barang kebutuhan di tokonya.
Demikian juga dengan Budi, sapaan akrab Budiman Daya. Ia mulai membuka agen BRILink setelah berhenti bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta.
Ia membuka toko kelontong. Sehari ia melayani layanan yang mencapai ratusan transaksi. Prinsipnya, kata dia, agen BRILink harus konsisten dengan waktu buka dan tutup lapak.
Pelayanan Menjangkau Pelosok
Pemimpin BRI Cabang Ruteng, Akarius Armayadi mengatakan bahwa agen BRILink milik Budi dan Herman sangat membantu perbankan menjangkau nasabah di pelosok. Ibarat jembatan, agen BRILink menghubungkan warga pelosok dan perbankan.
“Pelayanan perbankan yang umumnya biasa didapatkan di kantor kemudian akhirnya juga ada di agen BRILink,” tutur Akarius kepada Ekora NTT pada Senin, 17 November 2025.
Tanpa harus ke kantor, Akarius bilang, masyarakat pelosok cukup ke BRILink untuk mendapatkan layanan perbankan. Bisa dibilang, BRILink adalah BRI yang hadir di tengah-tengah masyarakat.
Diakuinya, masih ada kendala berkaitan dengan penarikan tunai saat ada penyaluran bantuan sosial. Banyaknya transaksi membuat agen kerepotan dengan tersedia uang kas.
“Salah satu yang menjadi kendala, kayak sekarang, seperti penyaluran bantuan sosial. Kadang agen-agen BRILink itu kehabisan uang cash.”
BRI Cabang Ruteng selalu siap mendukung agen-agen BRILink dengan memprioritaskan penarikan tunai. Dengan begitu, penyaluran bantuan sosial berjalan lancar, kata Akarius.
BRI juga ikut mengontrol pembiayaan setiap agen agar tidak memungut biaya lebih saat transaksi. Dengan begitu, tarif transaksi tidak membebani warga dengan biaya tambahan.
“Contoh misalnya, ketika nasabah itu transfer, biayanya Rp5 ribu, misalnya, lalu kemudian agen BRILink ini menarik Rp10 ribu atau bahkan Rp500 ribu nah itu yang selalu kita kawal”.
Selama 2025, Akarius memaparkan, tercatat 1.100 agen aktif yang telah mencapai 3.540.962 transaksi. BRI berupaya menambah jumlah agen, karena masih ada wilayah yang belum terjangkau akses perbankan.
“Itu yang perlu kita dampingi. Wilayah Manggarai begitu luas masih keterbatasan soal penguasaan teknologi,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Tenaga Kerja Kabupaten Manggarai, Dicky Jenarut mengatakan, kehadiran BRILink membantu menghidupkan geliat ekonomi di wilayah pelosok.
Agen BRILink sudah menjadi sumber penghasilan baru, kata Dicky. Tapi lebih dari itu, kehadirannya bisa membantu pembiayaan UMKM di desa-desa terpencil.
“BRIlink kan sarana transaksi. Tapi kita berharap kolaborasi supaya orang bisa paham perbankan dan akses dana untuk usaha produktif,” kata Dicky.

Perkuat Literasi Keuangan
Yosefa Maria Juita Hale, akademisi Sekolah Tinggi Ekonomi (STIE) Karya Ruteng mengatakan, perluasan jangkauan agen BRILink merupakan upaya perbankan mewujudkan inklusi keuangan. Di sisi lain, agen ini juga mampu meningkatkan literasi keuangan masyarakat di pelosok desa.
Menukil data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), indeks literasi berada di angka 65,08 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 73,55 persen. Indeks literasi keuangan diukur oleh beberapa indikator seperti keterampilan, keyakinan, dan pengetahuan yang mempengaruhi sikap seseorang dalam mengakses layanan jasa keuangan.
“Salah satu layanan Bank BRI yaitu BRILink yang merupakan perluasan layanan yang memungkinkan masyarakat, terutama di daerah terpencil untuk bertransaksi perbankan melalui agen-agen yang terhubung secara real-time online.”
Menurut Yosefa, agen BRILink umumnya adalah warga lokal yang lebih mudah didekati oleh masyarakat desa, sehingga agen berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan dan literasi masyarakat tentang produk perbankan.
Yosefa menyentil perlunya perhatian pada hubungan antara agen BRILink dan penetrasi kredit UMKM di pedesaan. Hal itu sejalan dengan peran BRI sebagai bank yang berfokus pada UMKM. Agen BRILink yang berlokasi di desa-desa membuat bank lebih dekat dengan pelaku UMKM, sehingga menghilangkan hambatan utama bagi pengusaha mikro untuk mengakses modal perbankan.
Secara teori, menurutnya, BRILink memberikan kemudahan layanan setor pinjaman atau cicilan di desa. Dengan begitu, nasabah dimudahkan dalam membayar tepat waktu dan pada akhirnya mengurangi potensi terjadinya kredit macet akibat kendala geografis atau kesulitan transfer.
“Akan tetapi, di Manggarai, BRILink harus memberikan dampak positif bagi pengembangan UMKM,” katanya.













