Pemanfaatan Pangan Lokal Jadi Strategi Tekan Angka Stunting di Manggarai

Kepala Dinas Kesehatan Manggarai, Jefrin Haryanto memaparkan strategi pencegahan stunting dimulai dari hulu, termasuk memastikan remaja putri rutin mengonsumsi tablet tambah darah.

Ruteng, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Manggarai bersama sejumlah lembaga mitra mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai strategi menekan angka stunting yang kembali meningkat di daerah itu.

Data yang dihimpun Ekora NTT menunjukkan jumlah kasus stunting di Manggarai mencapai 2.967 anak atau 13,06 persen. Angka tersebut naik dibandingkan Februari 2025 yang sebanyak 2.307 anak atau 9,04 persen.

Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Tarsisius Hurmali menilai potensi pangan lokal belum dimanfaatkan secara optimal untuk memperbaiki status gizi masyarakat.

Ia menegaskan, pangan lokal memiliki keragaman sumber karbohidrat dan protein yang dapat mendukung pemenuhan gizi seimbang.

“Dengan pengalaman hari ini, memberikan satu dorongan bagi kita untuk memulai menggunakan sumber daya ini pada usaha-usaha kita untuk meningkatkan status gizi dari masyarakat kita, terutama anak-anak stunting,” kata Tarsi saat kegiatan Seminar dan Kelas Masak tentang Pentingnya Konsumsi Pangan Lokal dalam Mengatasi Kasus Stunting di Kabupaten Manggarai yang berlangsung di Efata, Selasa, 25 November 2025.

Kepala Bappelitbangda Manggarai, Livens Turuk menyatakan, penanganan stunting adalah tanggung jawab bersama.

Ia menekankan pentingnya memanfaatkan potensi pangan lokal sebagai bagian dari upaya menurunkan angka kasus.

“Sehingga mungkin itu nanti bisa menjadi salah satu untuk memberikan kontribusi dalam menangani stunting,” ucapnya saat membuka kegiatan.

Ia optimistis kolaborasi lintas pihak dapat memperkuat upaya penanganan, meski membutuhkan proses panjang.

“Dengan harapan kita memulai mengolah pangan lokal kita,” kata Livens.

Kepala Dinas Kesehatan Manggarai, Jefrin Haryanto memaparkan strategi pencegahan stunting dimulai dari hulu, termasuk memastikan remaja putri rutin mengonsumsi tablet tambah darah.

“Misalkan remaja, pastikan mereka minum obat tablet tambah darah setiap bulan,” ujarnya.

Ia menyebut 67 persen remaja putri di Manggarai mengalami anemia akibat pola makan yang tidak teratur.

“Makannya ada program minum tablet tambah darah,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya skrining kesehatan calon pengantin sebelum menikah.

“Jangan sampai ada penyakit kronis maupun kondisi anemia. Bukan melarang menikah, tetapi mengatur demi kebaikan,” tuturnya.

Menurut Jefrin, ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis juga perlu dipantau ketat oleh kader dan tenaga kesehatan.

“Kalau kita serius kerja di hulu maka ini akan selesai tapi kasus baru tidak bertambah,” ucapnya.

Ia menilai pemanfaatan pangan lokal memberi nilai pemberdayaan bagi masyarakat serta mendorong kemandirian ekonomi.

“Sorgum hanya salah satu contoh dari banyaknya pangan lokal di Manggarai,” ujarnya.

Jefrin mengatakan masyarakat dapat menghemat pengeluaran dengan memanfaatkan tanaman pangan sekitar rumah.

“Dengan begitu makanan yang murah di sekitar kita dapat mengolahnya dengan benar,” pungkasnya.

Kegiatan seminar ini didukung Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), CIMB Niaga, Yayasan Ayo Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Manggarai.

Acara tersebut melibatkan puskesmas, koordinator Makanan Bergizi Gratis (MBG), nutrisionis, pelaku usaha, dan perwakilan Unika Santu Paulus Ruteng.

Sejumlah narasumber hadir, di antaranya Tarsius Hurmali, Jefrin Haryanto, Puji Sumedi dari Yayasan KEHATI, dan Narti Naur, dokter spesialis anak RSUD Ruteng.

Kegiatan ini juga dihadiri Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Manggarai.



TERKINI
BACA JUGA
spot_img
spot_img