Kondisi Gedung SDN Wegok Sangat Memprihatinkan

Wegok, Ekorantt.com – Kondisi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Wegok, Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, sangat memprihatinkan.

Pasalnya, sekolah tersebut rawan longsoran sebab berada pada kemiringan 45 derajat. Selain longsor, banjir juga bisa menjadi ancaman serius bagi lembaga yang mendidik anak-anak generasi bangsa tersebut.

Tak hanya itu, pantauan Ekora NTT beberapa pekan lalu, gedung sekolah pun tampak rusak berat.

“Gedung kelas satu rusak berat, sementara beberapa gedung rusak ringan. Lapangannya juga kecil, Halaman sekolah pun hanyalah lorong kecil. Setiap tahun, sekolah ini kebanjiran, dan sering terjadi bencana longsor kalau musim hujan,“ ungkap Kepala SDN Wegok Kristoforus Tidung.

Menurut Tidung, pihak sekolah sudah menyampaikan hal terkait saat Musrembangdus, Musrembangdes, juga di Musrembang Kecamatan. Tapi, yang didapatkan adalah nihil.

Tak mendapatkan tanggapan, pihaknya pun langsung bertemu Bupati Sikka Robi Idong untuk menyampaikan kondisi sekolah tersebut. Adapun keluhan yang disampaikan, yakni risiko bencana alam.

“Kami merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Apalagi hujan dan badai angin, kami panik dan takut. Kalau hujan, sekolah kebanjiran. Air masuk di semua ruangan. Tinggi air bisa mencapai lutut orang dewasa. Kalau angin kencang, kegiatan belajar mengajar anak kelas satu dilaksanakan di luar sekolah karena takut gedungnya roboh,” ungkap dia.

Sementara itu, untuk mengantisipasi tingginya air, mereka pun membuat lubang kecil di setiap ruangan untuk saluran pembuangan air. Mereka pun pernah mengisi tanah dalam karung untuk tahan air agar air tidak masuk ke ruangan.

Sialnya, usaha tersebut gagal sebab karung jebol  karena debit air hujan cukup besar.

Pada tahun 2017 lalu, longsor pernah menghantam ekolah ini, dan saat itu tidak ada korban jiwa. Tak mau mendulang perkara sama, sang kepala sekolah pun berharap pemerintah secepatnya membantu dan peduli terhadap kondisi lembaga pendidikan SDN Wegok.

 “Kami butuh fasilitas dan ingin kenyamanan dalam proses KBM,” harap Tidung.

Pengakuan lain datang dari guru kelas VI, Yuliana Yulianti Keri, yang merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi sekolahnya. Namun, demi masa depan anak-anak bangsa, dirinya tetap setia mengabdi.

“Belum lama ini, kami ada kegiatan bimbingan belajar sore di kelas VI. Tiba-tiba hujan lebat, dan air sudah setinggi lutut orang dewasa, akhirnya saya berhentikan bimbelnya, dan langsung pulangkan anak-anak. Kalau tidak kami kebanjiran, “ kata Yuli.

Lanjutnya, kalau sekolah kebanjiran pada malam hari, keesokan paginya anak-anak datang ke sekolah lantas membersihkan sisa-sisa banjir. Inisiatif itu datang dari anak-anak dan bukan perintah dari kepala sekolah atau guru.

“Sedihnya lagi, seragam mereka sudah kena noda lumpur. Akhirnya kami pun turun membantu anak-anak bersihkan sekolah dari sisa-sisa banjir. Kami sekop tanah, sekop lumpur dan bersihkan air yang tergenang di semua ruangan. Setelah itu dilanjutkan dengan KBM meskipun seragam kami dalam keadaan kotor,“ ungkapnya.

Dalam pantauan lebih lanjut media ini, tampak bahwa kondisi gedung kelas I sudah sangat reot dan atapnya bolong besar dan tak memiliki dinding.

Selain itu, ada dua ruangan yang disekat jadi empat ruang kelas, yakni satu ruangan untuk kelas II dan III. Dan, satu ruangan lagi untuk ruang kelas IV dan V. Ironisnya, meskipun mendapat tantangan yang begitu menggebu-gebu, sampai saat ini proses KBM di sekolah ini masih tetap berjalan.

Pemerintah Kabupaten Sikka dan dinas terkait mesti segera merespons ini. Sebab, yang bersekolah di sana adalah anak-anak bangsa yang jalan hidup dan impian mereka masih sangat panjang.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA