Politik Instan Bupati Sikka: Merebut Pucuk Pimpinan, Meniti Tangga Kekuasaan

Maumere, Ekorantt.com – Rivalitas dan “pertemanan” politik antara Robby Idong dan Alex Longginus bermula di konstetasi Pilkada Sikka Periode 2008-2013.

Saat itu, Alex Longginus maju sebagai petahana berpasangan dengan Henyo Kerong dari PDI-P melawan Alex Hendro Bapa – Robby Idong dari Partai Golkar. Dua-duanya keok dikalahkan pasangan Sosimus Mitang – Wera Damianus.

Di Pilkada Sikka Periode 2013-2018, Robby Idong dan Alex Longginus bersatu dalam satu paket “Alex-Idong” masing-masing sebagai calon bupati dan calon wakil bupati dari PDI-P melawan Paket Ansar, Aura, Frendy, Helo, Garansi, Satria, Damitrus, dan Paket Solid.

Keduanya ditumbangkan lagi oleh pasangan Ansar Rera dan Paolus Nong Susar.

Di Pilkada Sikka Periode 2018-2023, keduanya bertarung merebut kursi kekuasaan di Nian Tana masing-masing dengan sandi politik “ROMA” dan “Alex-Say” di samping paket “Ansar-Raga.”

iklan

Kali ini, bandul politik berpihak pada Robby Idong. Dengan dukungan luas melalui jalur independen, Robby Idong lenggang kangkung ke “rumah rakyat” di El Tari.    

Dengan demikian, dua-duanya telah sama-sama satu kali mencicipi nikmatnya duduk di kursi kekuasaan. Alex Longginus di periode 2003-2005. Robby Idong di periode 2019-2024.

Namun, Rivalitas tetapi juga “pertemanan” politik antara Robby Idong dan Alex Longginus ternyata tidak berhenti hanya pada momen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) semata.

Rivalitas berlanjut merebut tampuk pimpinan di PDI-P Kabupaten Sikka Periode 2019-2024. Bagaimana rivalitas itu berlangsung? Apa sikap masing-masing pihak terkait rivalitas tersebut? Di mana posisi rakyat Sikka?

Teka-teki pengganti Alex Longginus untuk menduduki kursi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P Sikka terjawab.

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P telah menetapkan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo Idong atau Robby Idong menjadi ketua partai besutan Megawati Soekarno Putri itu di Kabupaten Sikka.

Penetapan Robby Idong menjadi Ketua DPC PDI-P Sikka dilakukan dalam Konferensi Cabang (Konfercab) PDI-P sedaratan Flores di Hotel Flores Mandiri Ende, Rabu (17/7/2019).

Penetapan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan yang ditandatangani Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri dan Sekjen Hasto Kristianto.

 Berdasarkan SK tersebut, Robbi Idong ditetapkan sebagai Ketua dan Donatus David sebagai Sekretaris DPC PDI-P Kabupaten Sikka masa bakti 2019-2024.

Penetapan Robby Idong menjadi Ketua DPC PDI-P mendapat tanggapan dari Alex Longinus.

Mantan Ketua DPC PDI-P Sikka ini menghargai semua proses. Namun, dia mengaku merasa kecewa dengan penetapan tersebut karena Robby Idong sebelumnya bukanlah kader partai.

“Saya tentu kecewa. Inilah politik,” ungkap Alex Longinus kepada Ekora NTT di Ende.

Ketua DPP PDI-P Bidang Perekonomian Hendrawan Supratikno kepada wartawan mengatakan, DPP PDI-P menghargai semua proses dan dinamika yang terjadi mulai dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) hingga DPC PDI-P Sikka.

Menurut dia, penetapan tersebut sudah melalui proses pertimbangan yang matang.

“Kami sudah diskusikan dengan Pak Frans Lebu Raya dan Pak Andre Hugo Parera. Ini untuk kebaikan partai,” ungkap Hendrawan.

Sementara itu, Robby Idong yang dimintai tanggapan usai mengambil sumpah jabatan menyampaikan terima kasih kepada DPP PDI-P yang telah mempercayainya memimpin PDIP di Sikka. 

“Saya hormati keputusan dan siap mengamankan amanat partai,” ungkapnya.

Ketika ditanya soal kekecewaan Alex Longinus, Bupati Sikka ini berjanji akan membangun komunikasi. Dia menghargai sikap Alex Longginus.

“Dia (Alex Longginus, red) adalah kakak saya, senior saya. Dan saya siap untuk komunikasikan untuk kebaikan Partai PDI-P ke depan,” kata Robby Idong.

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) & Advokat Peradi, Petrus Selestinus S.H. berpendapat, penetapan Robby Idong menjadi pimpinan PDI-P Kabupaten Sikka menggantikan Alex Longginus selaku Ketua DPC PDIP Sikka selama hampir 20 tahun lamanya akan menimbulkan implikasi politik yang kurang bagus.

Pertama, penetapan tersebut akan mengganggu kohesivitas politik di internal kader-kader PDI-P. Para kader itu sudah lama mengantri mau menggantikan posisi Alex Longginus.

Lagi pula, Robby Idong adalah pendatang baru. Dia belum “berkeringat” untuk partai. Dia juga belum pernah menjadi anggota, kader, dan pengurus PDI-P secara berjenjang.

Padahal, kriteria dan syarat untuk menjadi seorang kader partai di PDI-P antara lain adalah pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan kader oleh DPP PDI-P dan pernah memdarmabaktikan tenaga dan pikirannya untuk PDI-P. Robby Idong tidak memenuhi syarat dan kriteria itu.

Sementara itu, Aleks Longginus dalam berbagai kesempatan mengklaim, selama 20 tahun dirinya memimpin PDI-P Sikka, ia telah membina kader-kader muda potensial. Mereka telah mendedikasikan tenaga dan pikirannya untuk PDI-P Sikka.

Dengan demikian, kader-kader itu lebih layak menggantikan dirinya daripada Robby Idong. Apalagi kehadiran Robby Idong dinilai tidak melalui proses mekanisme organisatoris dari bawah yaitu dengan menjadi anggota partai terlebih dahulu. Para kader tersebut tentu merasa dilangkahi.

Kedua, langkah politik Robby Idong merebut pucuk pimpinan PDI-P di Kabupaten Sikka dinilai meninggalkan Komunitas ROMA. Komunitas ROMA merupakan kekuatan riil jalur independen yang terbentuk dalam Pilkada Sikka 2018 lalu.

Mereka berhasil mengantarkan Robby Idong dan Romanus Woga menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sikka Periode 2018-2023.

Kemenangan partai independen tersebut fenomenal karena sukses meruntuhkan hegomoni partai politik dalam kontestasi Pilkada di Kabupaten Sikka.

“Ini akan menjadi persoalan fatsun politik, etika, sopan santun, dan tabe adat dalam politik tradisional di Sikka,” katanya.

Menurut Selestinus, Komunitas ROMA sebagai kekuatan politik riil dan konstitusional dalam Pilkada tentu saja merasa ditinggal pergi begitu saja zonder permisi oleh Robby Idong.

Ini akan menjadi noda hitam dalam karir politik Robby Idong di masa mendatang. Komunitas ROMA merasa bahwa Robby Idong sudah keluar dari komitmen politiknya, yaitu tetap membangun dan mempertahankan kendaraan politik melalui komunitas independen yang telah secara gilang gemilang meluluhlantakan dominasi dan hegomoni partai politik dalam sejarah Pilkada di NTT.

Ketiga, pilihan dan tata cara politik Robby Idong memilih kendaraan politik melalui PDI-P juga menimbulkan kesan yang kurang elok di mata publik. Ia terkesan memilih jalan menjadi seorang politisi pragmatis yang mau secara instan merebut puncak kekuasaan.

Ia juga terkesan lupa mewujudkan janji-janji kampanyenya, yaitu memenuhi hak-hak dasar masyarakat Sikka. Hingga saat ini, tak satu pun dari janji-janji kampanyenya tersebut terwujud.

Robby Idong lebih mengedepankan kenyamanan dalam membangun tangga kekuasaan politik untuk periode paska 2024: menjadi Bupati Sikka periode kedua atau menjadi Calon Gubernur atau Calon Wakil Gubernur NTT Periode 2024-2029.

Ditetapkannya Robby Idong sebagai Ketua DPC PDIP Sikka pun mendapat respons beragam dari generasi muda.

Dinong Gomez, warga Jalan Kimang Buleng, misalnya, memberikan sirene awasan kepada Bupati Sikka itu karena sebelumnya Robby sempat terlibat “konflik” dengan anggota DPRD Sikka yang nota bene merupakan bagian dari partai itu sendiri.

“Setahu saya Robby pernah bilang bahwa dia independen, maka dia bekerja untuk rakyat. Ini ‘kan kesannya menjilat ludah sendiri kalau sudah bergabung ke partai,” kata Dinong.

Meskipun begitu, dia sebagai bagian dari masyarakat sipil pun berusaha untuk tak terlalu jauh menghakimi pemimpin daerah itu.

Yang terpenting, Bupati Robby tetap fokus menjalankan program-programnya dalam mengayomi hak-hak dasar masyarakat sebagaimana kampanyenya dulu.

“Memang ada semacam stigma buruk tentang partai politik. Tapi, saya kira kita jangan dulu berprasangka buruk atas gabungnya Pak Robby Idong ke PDIP. Kita tunggu saja kerja-kerja dia ke depannya. Dan terutama, dia harus beritahu secara terbuka ke masyarakat yang sudah pilih dia. Jangan sampai masyarakat telanjur kecewa. Harus ada pertanggungjawaban, ” beber pekerja seni ini.

Pandangan lainnya juga datang dari Monicha Da Cunha, tinggal di Lingkar Luar Maumere, yang coba memahami bahwa diangkatnya Robby Idong sebagai Ketua DPC PDIP Kabupaten Sikka akibat tidak adanya kader yang dipersiapkan oleh Ketua DPC terdahulu, yakni Alexander Longginus.

“Mau tidak mau, dalam rangka menarik simpati warga Sikka DPP PDIP mengambil langkah dengan mencalonkan dan mengganti Ketua DPC yang lama atas nama Alex longginus kepada Robby Idong yang juga  sebagai Bupati Sikka,” tandas sarjana hukum ini.

Ada juga Karol Nong, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Maumere, yang sesungguhnya merasa kecewa kepada Bupati Robby karena telah mengingkari semangatnya kala maju sebagai calon Bupati dari jalur independen dulu.

“Dia menang secara independen. Kemenangan rakyat. Bukan lewat jalur partai. Apakah ada motif terselubung, kita patut bertanya-tanya. Tapi, intinya Robby Idong harus memberikan pertanggungjawaban ke hadapan publik,” pungkasnya senada dengan Dinong Gomez.

Bagaimana hasil wawancara eksklusif Ekorantt.com dengan Alex Longginus? Bagaimana Bupati Sikka mempertanggungjawabkan langkah politiknya kepada publik Kabupaten Sikka yang kecewa?

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA