Wair Nokerua, Air Ajaib Fransiskus Xaverius

Maumere, Ekorantt.com – Masyarakat Kabupaten Sikka, Flores, NTT, meyakini legenda ataupun cerita para leluhur bahwa Wair Nokerua (dalam bahasa Sikka, Wair artinya air, dan Nokerua artinya imam) merupakan sebuah mata air ajaib peninggalan mukjizat Santo Fransiskus Xaverius.

Wair Nokerua St. Fransiskus Xaverius ini terletak di Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Letaknya sekitar 15 kilometer arah utara dari Kota Maumere.

Pengunjung bisa menggunakan kendaraan beroda dua atau empat untuk datang ke tempat ini. Jika tiba di ujung bukit, kendaraan mesti diparkir di situ kemudian dakilah bukit setinggi kurang lebih 15 meter dan temukan hamparan pasir putih.

Dari hamparan itu, kurang lebih melangkah sepanjang 50 meter ke barat dengan sedikit lengkungan menjorok mirip tanjung, barulah pengunjung temukan sumber Wair Nokerua yang berbentuk seperti sebuah gua kecil.

Namun, seandainya laut sedang pasang, tubuh pengunjung bakalan basah kuyup. Jika perlu, mesti berenang sampai ke kaki tebing Wair Nokerua. Tapi, pengunjung bisa pula meminta bantuan mengantar dari sampan-sampan kecil atau motor laut yang sering melewati kawasan tersebut.

Dari dalam gua tersebut, mengalirlah air yang seolah-olah turun dari atas bukit dan lewati batu-batu. Airnya sangat bersih. Tak ada butir pasir ataupun tanah yang turut keluar dari dalamnya juga tak ada sedikit pun lumut yang tumbuh di sekitar gua ataupun di depan mata air.

Seperti yang ditulis Drs. Paseli Ismail Parera dalam buku Wair Nokerua Air Ajaib St. Fransiskus Xaverius Dan pengaruh Portugis Di Sikka Flores, Wair Nokerua ini dipandang sebagai mukjizat Tuhan melalui Santo Fransiskus Xaverius. Yang mana dapat dibandingkan dengan air buatan Nabi Musa ketika menghantar umat Israel keluar dari perbudakkan Mesir menuju Tanah Terjanji seturut teologi iman Katolik.

Terkatakan bahwa kapal layar St. Fransiskus Xaverius pernah terombang-ambing di Pulau Babi, sebuah pulau kecil di laut Flores, bagian utara Maumere, dan dia terlena serentak terpukau oleh keindahan laut Pulau Babi itu. Tanpa disadari tali ikat pinggang Fransiskus jatuh menyentuh laut.

Lalu, dalam perjalanan tersebut mereka rupanya kehabisan air tawar di kapal. Maka, berlayarlah mereka menuju daratan, persisnya ke Pelabuhan Alok Matang.

Tapi, tersebab ketiadaan air bersih di Alok Matang, Fransiskus bersama anak buah kapal dan masyarakat setempat menelusuri pesisir pantai guna mencari air tawar. Lagi-lagi mereka tidak menemukannya.

Mereka kecapaian dan beristirahat di kaki sebuah bukit cadas yang gersang. Setelah beristirahat sejenak, berdirilah Fransiskus Xaverius sambil memegang salib dan tongkatnya sembari berdoa kepada Tuhan.

Tongkatnya dipukul pada bukit cadas yang gersang itu dan seketika keluarlah air. Orang Alok Matang menamakan mata air tersebut sebagai “Wair Nokerua” yang berarti “Air Imam” berdasarkan jabatan Fransiskus Xaverius yang adalah seorang imam.

Edmundus Parera, tokoh adat Sikka, pun memberi narasi hampir serupa bahwa berdasarkan cerita leluhur, Santo Fransiskus Xaverius waktu pulang dari Maluku pernah menginjakkan kakinya di pantai utara Nangarasong, di tempat yang kini dikenal dengan nama Wair Nokerua itu.

Karena kehabisan air minum di perahu, anak buahnya terpaksa turun ke darat untuk mengambil air. Sayangnya, di tempat yang gersang itu tak ada mata air. Fransiskus Xaverius berdoa di tepi pantai maka muncullah mata air ajaib di situ. Air kolam yang asin berubah menjadi air tawar yang dapat memuaskan dahaga semua orang.

Adapun Pastor Piet Petu, SVD, mengatakan, penduduk menceritakan itu dengan yakin bahwasanya St. Fransiskus Xaverius pernah mengunjungi Alok Matang di mana Wair Nokerua terletak.

Sampai sekarang, penduduk mengunjungi Wair Nokerua dan membawa airnya ke rumah karena memercayai kekuatan sakti air itu. Yang dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, bahkan hingga kini.

 Wair Nokerua: Air untuk Beragam Fungsi

Menurut kesaksian warga, meskipun musim kemarau panjang, Wair Nokerua tidak pernah kering. Dan ketika musim hujan, volumenya juga tidak bertambah. Tak pelak, kejernihan air ini pun membuat orang tak pernah ragu untuk meminumnya secara langsung. Batu cadas menjadi penyaring alamiah. Banyak pelaut atau nelayan biasanya singgah dan mengambil air untuk bekal perjalanan mereka.

Keunikan Wair Nokerua ini lalu membawa beragam tafsiran dan keyakinan bagi banyak orang. Mereka meyakini bahwa air ini bisa memberikan berkat bagi kesuburan tanam-tanaman. Mereka mengambil air dari tempat itu dan dipakai untuk mereciki benih tanaman, khususnya padi dan jagung, agar bisa tumbuh dengan subur.

Keyakinan yang mirip juga berlaku bagi rahim ibu. Air dari Wair Nokerua ini bisa membawa kesuburan bagi rahim ibu, terutama ibu yang sulit mendapatkan keturunan. Sehingga ada juga keluarga-keluarga muda yang belum mendapatkan anak, datang langsung mengambil air di tempat itu.

Selain itu, sebagian warga setempat ataupun yang datang dari jauh juga mengambil air itu untuk diminum agar disembuhkan dari penyakit-penyakit. Baik penyakit fisik maupun batin.

Keyakinan ini muncul dikarenakan kepercayaan atas asal-usulnya yang berasal dari seorang imam Katolik yang saleh hidupnya. Lantara terkesan bersifat Kristiani, ternyata ada juga masyarakat non-Kristiani yang datang menimba air tersebut bagi kesembuhan penyakit mereka. Bahkan ada yang mengambilnya dan yakin itu sebagai air berkat demi menangkal roh-roh jahat di rumah mereka.

Terkadang juga dijumpai orang-orang datang dan mengadakan ritus-ritus tertentu di tempat tersebut. Ada yang berdoa seturut cara (agama) mereka sendiri, ada pula yang meletakkan sesajen di tempat tersebut berupa buah-buahan atau telur ayam. Ada juga yang menyalakan lilin dan meletakkannya di tempat tersebut. Sebagian peziarah meletakkan uang atau rokok.

Masyarakat lokal pun terkadang mengadakan ritus-ritus bersama di tempat itu. Ritus-ritus itu berhubungan dengan kejadian-kejadian luar biasa yang menimpa mereka, misalnya kemarau panjang, hama yang menimpa persawahan dan lain sebagainya.

Biasanya mereka akan datang ke tempat tersebut dan memotong seekor kambing. Kambing dipilih karena dahulu – seturut legenda – Santo Fransiskus Xaverius pernah mengorbankan seekor kambing di tempat itu.

Setelah disembelih, kambing tersebut dikuliti dan masyarakat akan memasak dagingnya pun mengambil hatinya. Sebelum mereka menyantap daging kambing, terlebih dahulu penghulu adat akan meletakkan hati kambing tersebut beserta sejumput nasi di depan mata air sembari mengucapkan doa permohonan. Selanjutnya mereka mesti menghabiskan seluruh daging kambing tersebut. Kulitnya akan dipasangi kayu-kayu. Dibuat seperti seekor kambing hidup dan diletakkan menghadap ke laut.

Di samping keunikan mata air tersebut, alasan lain yang membuat orang merasa perlu datang ke Wair Nokerua adalah niat mengalami kehadiran Wujud Tertinggi di tempat yang sunyi.

Di sini terlihat perkembangan alur pemikiran menuju rasa kagum akan keunikan air tersebut dengan kebesaran Pencipta Alam Semesta. Dengan memandang air tersebut, orang bisa sampai kepada Yang Kuasa.     

Keunikan, legenda dan tafsiran menyebabkan banyak orang berziarah ke tempat itu. Bahkan kisah tentang asal-usul air tersebut menguatkan orang-orang Kristiani untuk mengembangkan devosi (penghormatan khusus) kepada Santo Fransiskus Xaverius.

Kelompok masyarakat Katolik yang tinggal di sekitar tempat tersebut menjadikan Santo Fransiskus Xaverius sebagai pelindung mereka. Pemimpin gereja setempat tidak pernah menolak devosi popular seperti itu.

Yuven

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA