Ende, Ekorantt.com – Pengesahan RUU KPK menjadi Undang-Undang KPK oleh wakil rakyat di senayan beberapa waktu lalu mengundang gelombang penolakan publik, baik dari masyarakat maupun mahasiswa.
Publik menilai, UU KPK baru yang telah disahkan DPR ini melemahkan kerja KPK dalam memberantas korupsi di Indonesia. Karena itu, minta untuk dibatalkan.
Publik juga menolak RUU Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan beberapa RUU lainnya yang dirasa mencederai rasa keadilan publik. Diantaranya RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Minerba, dan RUU Ketenagakerjaan.
Mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia turun ke jalan dan melakukan demo dengan tuntutan utama yakni menolak UU KPK dan beberapa RUU tersebut.
Itulah juga yang didesak oleh Himpunan Mahasiawa Islam (HMI) Cabang Ende dalam aksi demo di Kota Ende, Kamis (26/9/2019).
Mereka melakukan orasi di sepanjang Jalan Eltari Ende. Mereka juga menyerukan untuk selamatkan KPK, selamatkan demokrasi dan selamatkan masyarakat Indonesia.
Tidak hanya melakukan orasi, para aktivis mahasiswa ini juga membentangkan bendera merah putih berukuran besar di seputaran Patung Triping- Jalan Eltari Ende dan mengusung poster yang memuat meme-meme atau ungkapan yang mewakili perasaan mereka.
Seorang pendemo perempuan membawa sebuah poster bertuliskan pernyataan nyeleneh dalam bahasa setempat, bahasa Ende.
“Ine…Bapa… kami iwa nggae nasa, kami nggae keadilan” demikian tulisan kocak nan menggelitik menempel pada poster yang ia bawa. Dalam bahasa Indonesia, penyataan ini dapat diterjemahkan demikian “Mama, bapa kami tidak cari pacar, kami cari keadilan”.
Ada juga yang membawa poster dan ‘memainkan’ perasaan publik dengan gaya melankolis versi milenial serentak puitis tapi menukik.
“Abang, jangan dulu bilang sayang padaku, jika pertiwi menangis abang apatis,” demikian meme ini menempel pada poster biru muda yang dibawa salah seorang pendemo.
Tidak hanya itu, seruan bernada kritis juga mencuat dalam poster lainnya, bahwa akal sehat atau kewarasan harus dikedepankan. Tidak ada tempat untuk akal bejat.
“Ini negeri akal sehat, bukan negeri akal bejat,” demikian pekikan seruan yang sarat makna ini.
Pada poster lain, ada seruan dengan nada yang ‘lebih serius’, meminta kepada penguasa untuk mencintai rakyat bukan dengan nafsu politik tapi dengan rasa keadilan.
“Cintai kami dengan keadilan, jangan dengan nafsu politikmu,” demikian meme ini mewakili permintaan anak bangsa penuh memelas.